get app
inews
Aa Text
Read Next : Kronologi Bus Wisatawan Bromo Kecelakaan di Probolinggo Tewaskan 6 Orang

SDN 2 Sariwani Probolinggo, Berawal dari Gudang Kentang Jadi Gudang Ilmu

Kamis, 16 November 2023 - 20:53:00 WIB
SDN 2 Sariwani Probolinggo, Berawal dari Gudang Kentang Jadi Gudang Ilmu
Sugeng Eka, Guru SDN Ngadisari II, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jatim saat mengajar anak didiknya (Foto: Istimewa)

Berharap Kurikulum Khusus

Saat pandemi, pembelajaran dilakukan secara daring dan luring. Namun, penyampaian secara luring diprioritaskan sebab materi pembelajaran dapat tersampaikan langsung. 

Sebagai Kepala SDN Ngadisari II, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Marsini Astuti memutuskan melakukan metode pembelajaran berbasis komunitas.

Dalam proses ini, guru turun langsung ke lapangan dan mengunjungi rumah salah satu siswa untuk mengadakan proses belajar mengajar. Siswa-siswa SDN Ngadisari II yang rumahnya berdekatan di satu lokasi dapat belajar bersama meski berbeda tingkat kelas.

Salah seorang guru, Sugeng Eka, menyatakan, metode kelas rangkap sangat efektif dalam pembelajaran berbasis komunitas seperti ini. 

“Dalam satu hari, saya ada dua kali kunjungan. Setiap pembelajaran berlangsung 2-2,5 jam dengan beragam jenjang siswa dalam setiap kelompok. Maka, metode kelas rangkap ini benar-benar membantu saya mengajar saat pandemi,” tuturnya.

Menurut dia, pola seperti ini memunculkan nilai-nilai kerja sama tim yang baik. Terjadinya asah, asih, asuh antara kakak dan adik kelas dalam satu kelompok dapat menjalin pola interaksi sosial yang intens sesama siswa. 

Saat situasi kembali normal, penerapan kelas rangkap terasa semakin efektif karena pembelajaran sudah sepenuhnya luring di sekolah. Sugeng menyebutkan, terjadi peningkatan literasi, numerasi, dan pendidikan karakter siswa hingga 30 persen. 

“Dulu literasi kurang karena keterbatasan buku. Setelah menerapkan kelas rangkap, kami mendapatkan pendampingan. Kami mendapat bantuan buku, ada buku berlevel dan big book. Guru dituntut menciptakan kelas literat,” kata pria yang juga merangkap tugas sebagai guru olahraga itu.

Di sekolahnya, siswa tak perlu harus ke perpustakaan untuk membaca. Perpustakaan mini yang biasa disebut pojok baca di kelas meningkatkan kemampuan literasi, yang secara otomatis mendongkrak kemampuan numerasi siswa. 

Anak dapat lebih mudah memahami kalimat-kalimat matematika. Sementara pembentukan karakter baik terbentuk dalam interaksi sosial di sekolah.

Sugeng mencontohkan siswa bernama Alen yang saat kelas IV dikenal sebagai anak paling pendiam. Ia tidak berani mengungkapkan pendapatnya sama sekali. Ketika kelas rangkap, guru diminta menerapkan pembelajaran berfokus pada siswa (student center). 

Ternyata semua kegiatan dan interaksi tersebut mampu mengubah Alen. Ketika presentasi, Alen sudah berani berpendapat. 

“Dia berani bertanya hal yang tidak dipahami dan bisa mengeksplor dirinya. Imbasnya, nilai Alen meningkat tajam,” tutur Sugeng.

Pelaksanaan kelas rangkap terus berkembang dan berjalan semakin lancar meski bukan berarti tidak menemukan hambatan. Mutu siswa yang berbeda membuat hasilnya juga bisa berbeda. ”Namun, kami sekarang semakin tahu celah untuk mengatasi segala masalah yang muncul,” kata Sugeng.

Sugeng melihat anak didiknya lebih antusias mengikuti pelajaran dan aktif terlibat dalam kegiatan kelas. Suasana kelas yang mulanya sepi menjadi lebih ramai.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut