Perempuan-perempuan Jawa di Perang Diponegoro yang Bikin Belanda Ketakutan

Pada Oktober 1828, Raden Ayu Yudokusumo menyerah kepada Belanda. Pada saat perstiwa penyerahan itu, ia bersama keluarga besarnya serta pengikutnya, mencukur gundul rambut di kepalanya. Cukur gundul sebagai simbol kesetiaan kepada perang sabil melawan kafir Belanda dan orang Jawa “murtad” sekutu mereka.
Selain Nyai Ageng Serang dan Raden Ayu Yudokusumo, Belanda juga mencatat beberapa perempuan lain yang mengambil peran dalam Perang Diponegoro. Di Semarang, istri pensiunan Bupati Kiai Adipati Suroadimenggolo IV adalah orang dibalik bergabungnya Raden Mas Sukur, putra bungsunya ke barisan laskar Diponegoro di Demak.
Belanda mengenal perempuan keturunan Arab tersebut sebagai perempuan yang sangat terdidik dan cerdas . Perempuan itu adalah kerabat pelukis Raden Saleh Syarif Bustaman.
Kolonial Belanda juga mencatat, ibu panglima utama Diponegoro di Begelen Timur, Basah Joyosundargo juga sebagai perempuan yang berani dan menakutkan.
Di akhir perang Diponegoro di mana putra dan menantunya menyerah, perempuan tersebut menyatakan menolak dan terus melawan Belanda. Perempuan pejuang itu kemudian ditembak mati pasukan kompeni Belanda di kawasan Gunung Persodo, Begelen.
Editor: Ihya Ulumuddin