Partai Fasis Pernah Lahir di Indonesia meski Hanya Seumur Jagung, Ini Kisahnya
Surat kabar Pemandangan yang pada 29 Juli 1933 menurunkan laporan khusus dengan menyebut ide PFI kelanjutan pemikiran pemimpin Komite Nasionalis Jawa Soetatmo Soerjokoesoemo. Nasionalisme Jawa kembali muncul dengan muka baru, tapi gagasan lama. “Pergerakan yang semacam fasisme Italia itu,” tulisnya.
Soetatmo Soerjokoesoemo, pendiri Komite Nasionalisme Jawa lahir 1888 dan berasal dari keluarga Paku Alam di Yogyakarta. Seluruh anggota eksekutif Komite Nasionalisme Jawa yakni generasi muda Budi Utomo (BU).
Soetatmo Soerjokoesoemo juga merupakan anggota Indische Partij (IP) dan anggota Komite Bumiputra pada 1913. Dia juga pimpinan Adhi Darma, keluarga Pakualaman yang didirikan Soerjopranoto, kakak kandung Ki Hajar Dewantara.
Soetatmo yang wafat pada tahun 1924 juga tercatat sebagai pengurus pusat Budi Utomo. Pada tahun 1918, Soetatmo sebagai penganjur "nasionalisme Jawa" pernah bersilang pendapat keras dengan Dr Tjipto Mangoenkoesoemo yang penganjur "nasionalisme Hindia".
Begitu juga dengan Notonindito dan PFInya, langsung mendapat serangan keras dari kaum pergerakan melalui media massa. Surat kabar Pemandangan salah satu yang menyerang keras.
Begitu juga dengan koran Adil. Notonindito dan PFI dituding telah merendahkan kesadaran rakyat Hindia Belanda yang tengah memperjuangkan hak-haknya. “..telah direndahkan untuk menyerahkan nasibnya kepada segolongan kecil kaum bangsawan dan intelektual”.
Surat kabar Menjala, organ PNI bersuara tidak kalah lantang dalam mencela Notonindito dan PFInya. Aktivis PNI mengatakan rakyat Indonesia bergerak bukan karena aroma asap kemenyan atau karena bunyi gamelan ketoprak.
"..tapi karena sama merahnya atau sama hijaunya darah kebangsaan".
Editor: Ihya Ulumuddin