Kisah Sakit Hati Jenderal Benny Moerdani hingga Banting Baret Merah di Markas Kopassus
Janji dalam hati itu terpaksa dilanggar saat Benny Moerdani menjabat Panglima ABRI (sekarang TNI). Benny tengah menganugerahi gelar kehormatan Baret Merah kepada Yang Dipertuan Agong Malaysia Sultan Iskandar pada tahun 1985.
Setengah jam sebelum upacara seremonial digelar, di ruang kerja Komandan Kopassus, Sintong Panjaitan memberikan Baret Merah kepada Benny Moerdani. “Ini Baret Merah bapak yang akan bapak pakai dalam upacara nanti,” kata Sintong.
Baret Merah diterima Benny dengan wajah kurang suka. Benny mencoba memakainya sambil berdiri, namun tiba-tiba Baret Merah itu dilempar ke meja di depan Sintong Panjaitan dan jatuh ke lantai.
“Benny tidak mengucapkan sepatah kata pun, lalu duduk kembali”. Suasana di ruangan sontak mencekam. Oleh Sintong, Baret Merah itu diambil dan diletakkan di atas meja kerja.
Sebagai Komandan Kopassus Sintong Panjaitan mengatakan kepada Benny tidak sepantasnya melakukan hal demikian. Sebab bagaimanapun Benny Moerdani tidak bisa dipisahkan dari Korps Baret Merah.
Hal itu disampaikan Sintong saat Benny berjalan menuju kamar kecil. Meski masih menyimpan sakit hati, oleh Benny ucapan Sintong didengarnya. Saat upacara seremonial dimulai, Benny Moerdani bersedia mengenakan Baret Merah.
Demikianlah kisah Jenderal Benny Moerdani yang pernah merasa sakit hati dengan Korps Baret Merah.
Editor: Ihya Ulumuddin