get app
inews
Aa Text
Read Next : Asal Usul Wangsa Sailendra, Raja Gunung yang Menggetarkan Jawa Kuno

Kisah Mbah Djugo, Tabib Sakti yang Menyembuhkan Kolera di Tanah Jawa

Senin, 12 Juli 2021 - 06:21:00 WIB
Kisah Mbah Djugo, Tabib Sakti yang Menyembuhkan Kolera di Tanah Jawa
Kisang Mbah Djugo, tabib sakti yang menyembuhkan penyakit kolera di Tanah Jawa. (Foto: Istimewa) 

SURABAYA, iNews.id - Mbah Djugo selalu muncul saat rakyat kecil mengalami kesusahan. Begitu juga saat seluruh Tanah Jawa dilanda pagebluk wabah penyakit kolera sekitar tahun 1870.

Seorang laki-laki tua dengan kumis dan jenggot panjang tiba-tiba kembali muncul di Desa Djugo. Perawakannya jangkung dengan kulit wajah yang senantiasa memerah seperti kebanyakan tersiram matahari.

Yang membedakan Mbah Djugo dengan orang pada umumnya, kedua daun telinganya terlihat lebih besar. Yang juga diingat setiap orang yang pernah ditolongnya. Penampilannya sepintas mirip gelandangan. Namun anehnya baju yang dikenakan tidak pernah tampak compang camping maupun kotor.

"Ketika menampak kedatangannya, penduduk Desa Djugo memburu dengan menangis sebagai anak-anak melihat ibunya datang dari bepergian jauh. Mereka mengadukan penderitaannya, minta obat, minta dilindungi keselamatannya," tulis Im Yang Tju dalam Riwayat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi.

Desa Djugo atau Jugo berada di wilayah Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Malang sekaligus berdekatan dengan Gunung Kawi.

Mbah Djugo muncul dari dalam belukar hutan. Melihat antusias orang yang merindukan kehadirannya, dia berjalan ke arah kandang sapi yang lama tidak terpakai sebelum masuk hutan dan kemudian menghilang. Di kandang sapi di pinggir hutan tersebut, Mbah Djugo biasa seperti termangu sendirian. 

"Hayo, siapa yang sakit boleh datang kemari. Yang tidak bisa jalan boleh suruh orang saja membawa air di botol atau bumbung. Nanti kuberi obat supaya waras kembali," seloroh Mbah Djugo seperti dituturkan Im Yang Tju.

Terutama bagi kaum kromo atau rakyat jelata. Wabah kolera menimbulkan ketakutan sekaligus kesengsaraan. Kematian terjadi di mana mana. Sejarawan Susan Blackburn menyebut epidemi kolera pecah di Hindia Belanda mulai tahun 1820. 

Hubungan dagang antara Jawa dengan India melalui selat Malaka, menjadi pemicunya. Serangan pertama muncul di sepanjang pesisir pantai utara Jawa. Dari Batavia, penyakit kolera menyebar ke Semarang hingga Surabaya. Orang Jawa menyebut pagebluk. Pagi mengeluh demam disertai muntah dan berak, sore sudah meninggal dunia. Begitu juga sore sakit, paginya meregang nyawa.

Tercatat pada tahun 1910 sebanyak 60 ribu penduduk Jawa dan Madura tewas akibat kolera. Di Desa Djugo, Kabupaten Blitar. Begitu mendengar Mbah Djugo mengatakan cukup membawa air, warga sontak berduyun-duyun mencari tempat air.

"Ada yang pakai cangkir, ada yang pakai kelowoh, ada yang pakai bumbung," kata Im Yang Tju seperti dituturkan dalam Riwayat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut