get app
inews
Aa Text
Read Next : Sejarah Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Majapahit akibat Perebutan Takhta

Kisah Kerajaan Keling, Konon Pernah Taklukkan Majapahit yang Melemah Dilanda Perang Saudara

Sabtu, 18 Maret 2023 - 06:56:00 WIB
Kisah Kerajaan Keling, Konon Pernah Taklukkan Majapahit yang Melemah Dilanda Perang Saudara
Kerajaan Keling konon pernah menaklukkan Majapahit yang melemah dilanda perang saudara. (ilustrasi).

JAKARTA, iNews.id - Sebuah kerajaan konon pernah menaklukkan Kerajaan Majapahit. Kerajaan itu adalah Kerajaan Keling, yang muncul setelah Majapahit melemah akibat mengalami serangkaian perang saudara.

Jejak Kerajaan Keling tercantum dalam Prasasti Petak dan Prasasti Trailokyapuri yang dikeluarkan pada tanggal sepuluh bulan terang bulan Jyesta tahun Saka 1408. Prasasti itu saat ini masih ada di Desa Kembang Sore, dan disebut sebagai Prasasti Petak.

Dalam buku "Pemugaran Persada Leluhur Majapahit", Slamet Muljana menyebut pengesahan anugerah tanah Trailokyapuri' telah dilakukan oleh Sang Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. 

Pengesahan ditandai pemberian prasasti Jiyu di Kabupaten Majakerta bertarikh bulan Kartika tahun Saka 1408, lima bulan sesudah pengeluaran prasasti Padukuhan Duku.

Prasasti Jiyu ini mengatur bagaimana pembangunan candi Trailokyapuri untuk pemujaan Sang Maharsi Bharadhwaja dan Bhatara Wisnu. 

Prasasti Jiyu OJO XCIV dan XCV tanpa tarikh mengisahkan anugerah tanah Trailokyapuri oleh Sri Maharaja Bhatara Keling, yang bergelar Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma. Prasasti itu terdiri atas dua batu besar. 

Prasasti Trailokyapuri berisi Bhatara Keling Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma telah memerintahkan pembuatan prasasti tentang anugerah tanah Trailokyapuri kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara.

Terdiri atas desa Sawek, Pung, Talasan dan Batu sebagai tanah perdikan untuk pembangunan candi Trailokyapuri yang akan dijadikan tempat pemujaan Maharsi Bharadhwaja dan Sri Bhatara Rama. 

Pernyataan prasasti Padukuhan Duku tentang pengesahan anugerah tanah di desa Petak kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara berkat usahanya memenangkan perang melawan Majapahit oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, merupakan bukti bahwa Majapahit sebelum tahun 1486 telah ditundukkan oleh Keling. 

Penyebutan gelar Bhatara Keling bagi Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma dan bagi Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya merupakan bukti bahwa setelah Majapahit ditundukkan. Saat itu, ibu kota telah dipindahkan dari Majapahit ke Keling. 

Dengan pemindahan itu, sejak tahun 1478 dengan mangkatnya Sang Prabhu Giripati Prasuta Bhupati Dyah Suraprabhawa, Majapahit berhenti sebagai ibu kota kerajaan dan Keraton Majapahit sejak itu menjadi kosong.

Prasasti Padukuhan Duku dan Prasasti Majajejer menyatakan bahwa Sri Brahmaraja Ganggadhara memohon kepada Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya untuk mengesahkan anugerah tanah di desa Petak dan Trailokyapuri dengan Girindrawardhanalancana.

Permohonan itu dikabulkan. Dua prasasti itu merupakan bukti pengesahan anugerah tanah oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara, yang dilakukan oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. 

Kedua prasasti itu memang mengandung stempel Kerajaan Keling yang dipimpin oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang berupa dua telapak kaki di bawah payung, diapit oleh tongkat yang dilllit ular, bunga, dan lingga di sebelah kiri, dan kendi serta kursi di sebelah kanan. 

Pada prasasti Jiyu (OJO XCIV-XCV) dinyatakan bahwa Bhatara Keling Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma memberikan perintah kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara untuk mengadakan pesta sradha sempurna. 

Pesta ini sebagai peringatan mangkatnya Sri Paduka Bhatara ring Dahanapura Sang mokteng Indranibhawana setelah dua belas tahun. 

Tetapi perintah itu ternyata belum dilaksanakan, karena pada prasasti Jiyu (OJO XCII) Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya pada kesempatan mengesahkan anugerah tanah Trailokyapuri, mengulangi lagi perintah tersebut kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara. 

Dari ulangan perintah itu nyata bahwa Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma baru saja mangkat. 

Sang Prabu tiba-tiba mangkat ketika prasasti Trailokyapuri itu sedang disiapkan dan belum sempat diberi stempel Girindrawardhanalencana.

Sri Brahmaraja Ganggadhara memohon kepada Sang Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya untuk mengesahkan anugerah tanah Trailokyapuri dengan Girindrawardhanalencana. 

Dari uraian itu nyata bahwa Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya ialah pengganti Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Wijayakusuma sebagai raja Keling. 

Dapat dipastikan kedua tokoh itu mempunyai hubungan kekeluargaan. Namun apakah hubungan ayah-anak atau hubungan kakak-adik, belum diketahui secara pasti. Yang pasti, keduanya menggunakan nama Girindrawardhana dan bergelar Bhatara Keling.

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut