Kisah Iklan Wisata Perempuan Jawa Telanjang di Masa Kolonial Belanda

Potret perempuan pribumi Jawa telanjang atau setengah telanjang itu dibuat di studio. Gaya sensual dan vulgar dari hasil mengikuti arahan fotografer itu sengaja dibuat untuk menarik minat mata lelaki.
Yang membuat Cohen kaget, dalam suratnya yang ditulis bersambung, ia menyebut model yang dipakai dalam foto telanjang itu adalah para pelacur atau pelaku prostitusi.
“Pendapat Cohen disetujui pula oleh Rob Nieuwenhuys yang mengecam beberapa oknum pemerintah kolonial yang menggunakan koleksi foto-foto telanjang itu dengan dalih rubrik volkstypen (tipe penduduk)”.
Ironisnya potret-potret perempuan pribumi Jawa telanjang atau setengah telanjang itu laku keras sekaligus menghasilkan banyak uang di Eropa. Pada pengembangan sektor pariwisata, foto telanjang itu mendapat sambutan antusias.
Di dalam acara pameran Exposition Universelle di Paris tahun 1889, potret dan kartu pos dalam tampilan le village Javanis (kampung Jawa) yang dikirimkan pemerintah Belanda, telah menarik perhatian pengunjung.
Potret penari Jawa yang setengah telanjang membuat pengunjung penasaran dan ingin menyaksikan langsung penampilan itu di depan umum, yakni di Hindia Belanda.
Editor: Ihya Ulumuddin