Kisah Iklan Wisata Perempuan Jawa Telanjang di Masa Kolonial Belanda

Saat itu ketelanjangan di muka umum dari negeri Timur sebagai sesuatu yang luar biasa. Pameran yang berlangsung enam bulan itu menyedot 875.000 pengunjung. Mereka pun tertarik untuk mengunjungi Hindia Belanda.
Banyak pengunjung yang terpikat dengan penampilan penari-penari muda seperti Damina, Wakiem, Sariem, dan Soekia yang baru berusia 12 hingga 16 tahun.
“Bahkan seorang penyair Baudelaire mengungkapkan kekagumannya dengan menulis La Belle Wakiem (Wakiem yang cantik. Sajak ini pun sempat dimuat di Java Bode pada 9 Agustus 1893,” demikian dikutip dari Koloniale Inspiratie (Leiden: KITLV, 2004).
Dalam perjalanannya, pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tahun 1920-1930-an kembali memakai imaji eksotisme perempuan pribumi untuk membuat iklan-iklan pariwisata.
Termasuk iklan-iklan untuk perusahaan pelayaran tahun 1920-an, pemerintah kolonial Hindia Belanda memanfaatkan kebiasaan perempuan Bali yang bertelanjang dada sebagai sarana promosi.
Demikianlah cara kolonialisme Hindia Belanda menggunakan kemolekan perempuan pribumi sebagai komoditi pengembangan sektor pariwisata dan pertahanan.
Editor: Ihya Ulumuddin