Kisah Gunung Bromo, Tempat Para Dewa Putuskan Ken Arok Jadi Penguasa Jawa
Nama Gunung Lejar itu dikenal pada prasasti Katiden yang dikeluarkan oleh Hyang Wisesa alias Wikramawardhana pada tahun 1395. Gunung Lejar merupakan tempat bersemayam para dewa, dikenal sebagai kahyangan.
Orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga Gunung Lejar, dibebaskan dari segala macam pajak dan mendapat perlakuan istimewa. Peresmian Gunung Lejar sebagai kahyangan baru dilakukan pada zaman Majapahit.
Satu hal lagi yang menarik perhatian yakni nama desa Panitikan tempat kediaman nenek tua yang mendapat tugas sebagai tukang sapu untuk membersihkan tempat musyawarah para dewa di Gunung Lejar. Nama itu memang perlu dihubungkan dengan apa yang dilakukan oleh Ken Arok yakni mengintip musyawarah para dewa.
Nama itu diturunkan dari kata nitik artinya mengenal. Zaman sekarang Desa Panitikan itu tidak lagi dikenal di daerah Tengger. Mungkin sekali nama itu merupakan ciptaan penggubah Pararaton untuk disesuaikan dengan jalan cerita.
Dari kisah di atas, Ken Arok dianggap sebagai putra Bhatara Guru atau putra Bhatara Siwa. Bhatara Siwa biasa juga disebut Girindra atau Girinatha. Jadi Ken Arok dikenal sebagai Girindraputra atau Girinathaputra, atau gelar yang artinya seperti itu dalam masyarakat Tumapel dan Majapahit.
Prapanca dalam Nagarakretagama untuk menyebut pendiri Kerajaan Tumapel juga menggunakan gelar Girindra-atmaja. Girindra-atmasunu, Girinathaputra. Dengan kata lain Ken Arok telah ditakdirkan untuk menjadi raja di Pulau Jawa berdasarkan keputusan musyawarah besar para dewa yang dipimpin oleh Bhatara Siwa.
Editor: Ihya Ulumuddin