Hadapi Dunia Baru Tenaga Kerja, Serikat Buruh Muslimin Indonesia NU Gelar Kongres Akbar ke-6
Menurut Syaiful, Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain dalam situasi global seperti sekarang ini. Oleh karena itu Sarbumusi dalam menyikapi hal ini harus paham betul gerakan ke depan. Jika tidak paham akan menghambat pertumbuhan ekonomi, menghambat kestabilan sosial, bahkan mungkin bisa memberikan dampak buruk terhadap saudara-saudara kita yang ada di industri.
Dalam menyikapi hal ini, menurutnya Sarbumusi harus tetap bersikap kritis terhadap semua pemangku kebijakan dan para pelaku industri tetapi tetap mengedepankan dialog sosial. Pesan dari PBNU tentu harus kita camkan yaitu dialog sosial tetap mengacu pada fikrhh nahdliyah.
“Pertama, tawasuth, mencari jalan tengah di mana konteks antara industri dengan kaum buruh, sehingga ada titik temu yang terbaik untuk menyelesaikan. Kedua, tawazzun, keseimbangan dalam memahami persoalan. Ketiga, tasamuh, toleransi, memiliki kelapangan dada dan keluasan pikiran,” ucapnya.
Jika dialog sosial tidak selesai dengan ketiga fikrah nahdliyah tersebut maka memakai fikrah berikutnya yakni ‘amar ma’ruf-nahi mungkar.
“Kalau kita tidak melakukan hal itu, kita akan dihina. Demo tidak apa-apa,” tuturnya.
Baginya, semua itu harus mengacu pada upaya-upaya fikrah yang terakhir yaitu keadilan.
“Keadilan antara dunia industri, dunia perburuhan, bagaimana kita ke depan bisa keluar dari situasi dan dampak dari tiga persoalan tadi. Itu lah tugas kita,” ujarnya.
Editor: Rizal Bomantama