Energi Matahari Jadikan Batik Makin Lestari
                
            
                Ekonomi Meningkat
Susiani duduk santai di dekat tumpukan batik yang tertata rapi di ruang galeri. Sesekali dia memeriksa buku catatan penjualan yang dibiarkan terbuka di atas meja. Tak lama, guru taman kanak-kanak itu tersenyum melihat saldo tertulis angka Rp60 juta.
“Alhamdulillah,” katanya.
Sejak berdiri tahun 2017, omzet penjualan Batik Sekar Tanjung memang terus meningkat. Sebulan, rerata omzet batik buatan ibu-ibu berkisar antara Rp20 hingga Rp25 Juta.

Jumlah itu bahkan bisa naik tiga kali lipat saat masa penerimaan siswa baru. Sebab, banyak banyak sekolah di Kabupaten Tuban yang mempercayakan seragam batik di Batik Sekar Tanjung.
“Kalau pas ramai bisa sampai Rp60 juta sebulan, bahkan lebih. Alhamdulillah sudah dikenal, jadi banyak yang ke sini,” katanya.
Selain sekolah, instansi pemerintahan juga sering order kain batik di UMKM Sekar Tanjung. Biasanya, saat ada event ulang tahun Pemkab Tuban, beberapa dinas datang untuk memesan baju seragam.
Itu sebabnya, pada 2020 lalu, Batik Sekar Tanjung melengkapi fasilitas berupa mesin jahit. Sebab, sekolah maupun instansi biasanya membeli kain sekaligus meminta untuk dijahitkan.
Susiani mengatakan, omzet yang kini tercatat di Rumah Batik Sekar Tanjung boleh jadi belum begitu besar seperti UMKM yang sudah mapan lainnya. Namun, dia bersyukur karena UMKM yang dia kelola bersama ibu-ibu warga sekitar sudah banyak memberi manfaat kepada seluruh anggota.
Selain memberikan upah atas kerja mereka, Rumah Batik Sekar Tanjung sudah bisa menjadi penopang anggotanya saat membutuhkan dana tak terduga. Misalnya, saat ada yang sakit dan membutuhkan biaya untuk berobat atau saat butuh biaya untuk mendaftarkan sekolah anaknya.
“Jadi UMKM ini juga mengakomodasi anggota yang ngebon dulu,” katanya.
Besarnya manfaat UMKM inilah yang terus disampaikan kepada warga yang belum bergabung. Harapannya, mereka bisa ikut bersama-sama membesarkan UMKM Batik Sekar Tanjung, sehingga bisa memberi manfaat lebih besar lagi.
“Ibu-ibu harus selalu berkarya agar tidak hanya jadi pelengkap penderita di rumah. Mimpi saya, ibu-ibu bisa sejahtera,” katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin