SURABAYA, iNews.id - Devi Larasati (46) masih terjaga saat corong masjid berhenti mengumandangkan tadarus, Rabu (13/3/2024) lalu. Pukul 22.30 WIB, ibu tiga anak, warga Wonocolo, Surabaya itu baru saja selesai mencuci piring sebelum akhirnya beranjak ke tempat tidur.
Baru saja rebahan, ponsel di sampingnya berdering. Sebuah pesan dari nomor pengurus Pesantren Darul Ulum Jombang, masuk lewat aplikasi WhatsApp. "Buk, seragam sekolahku yang abu-abu hilang. Jatuh pas tak jemur. Uangku juga habis (Dika),".
Bayar Pajak Kendaraan Kini Nggak Perlu Antre, Hanya di BRImo!
Devi terperanjat. Jantungnya berdetak kencang, membaca pesan yang ditulis anak sulungnya yang tinggal di pesantren tersebut.
Sebab, esok hari, seragam sekolah itu harus dipakai. Artinya, malam itu juga uang harus sudah dikirim, sehingga pagi hari sebelum sekolah seragam bisa dibeli.
BRImo Masuk 3 Besar Aplikasi Keuangan Paling Diminati Masyarakat Indonesia
Waktu yang mepet itulah yang membuatnya panik. Sebab, Devi tidak memiliki kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), sehingga mustahil untuk menransfer uang malam itu juga.
Jarak Surabaya dengan Jombang juga cukup jauh. Tidak memungkinkan baginya pergi malam itu juga untuk mengantarkan uang. "Kalau nunggu besok terlambat. Bisa-bisa anak saya tidak sekolah," kata Devi menceritakan pengalamannya kepada iNews.id, Selasa (26/3/2024).
Pakai Fitur QR Pedagang dari BRImo, UMKM Jadi Makin Untung
Pikiran Devi melayang ke mana-mana. Dia membayangkan anaknya bolos karena takut dihukum atau bahkan dibully teman-teman sekolahnya karena tidak berseragam.
Di tengah kepanikan itu, seorang tetangga datang memberi pertolongan. Dia menawarkan membantu mengirimkan uang melalui aplikasi BRI Mobile (BRImo) miliknya.
Saat itu juga dia menelepon nomor ponsel pengurus asrama, lalu meminta nomor rekening untuk kirim uang. Ternyata berhasil, uang berhasil dikirimkan saat itu juga.
"Alhamdulillah. Langsung plong. Malam itu juga uang bisa diambil dan bisa untuk membeli seragam," katanya.
Tak ingin pengalaman itu terulang, malam itu juga Devi meminta bantuan tetangganya untuk mengunduhkan aplikasi BRImo di ponselnya. Tujuannya, urusan keuangan anaknya di pesantren bisa dimudahkan.
Kini Devi sudah merasakan manfaat atas aplikasi tersebut. Uang makan, asrama serta laudry, semuanya dibayarkan melalui aplikasi di ponselnya.
"Sekarang sudah tidak bingung lagi. Kalaupun tidak berkunjung, tetap bisa kirim uang. Anak di pondok aman. Pikiran saya di rumah juga lebih tenang," katanya.
Pengalaman menegangkan juga pernah dialami Abdul Hamid, warga Surabaya. Lajang 27 tahun itu pernah nyaris malu gegara lupa tidak membawa dompet saat berangkat bekerja menggunakan Suroboyo Bus.
Suroboyo Bus merupakan angkutan massal modern milik Pemkot Surabaya. Sistem pembayaran tarif Suroboyo Bus menggunakan e-money atau e-wallet.
"Dompet saya tertinggal di rumah. Padahal di dalam dompet ada kartu e-money untuk bayar bus," katanya.
Beruntung saat itu dia punya aplikasi BRImo, sehingga bisa digunakan untuk membayar. "Andai waktu itu tidak punya BRImo. Bisa malu karena enggak bisa bayar," katanya.
Editor: Kastolani Marzuki