7 Kuliner Khas Jawa Timur yang Mendunia, Nomor 4 Jadi Sup Terenak dan Ada Sejak Zaman Mataram

JAKARTA, iNews.id - Kuliner khas Jawa Timur yang mendunia menarik untuk diketahui. Makanan lokal Jawa Timuran itu populer tak lain karena rasanya yang lezat, sehingga cocok di lidah para penikmatnya. 

Jawa Timur merupakan provinsi yang kaya akan keanekaragaman budaya dan alamnya di bagian timur Pulau Jawa. Terletak di antara Laut Jawa dan Selat Bali, provinsi ini menyajikan pemandangan alam yang menakjubkan, mulai dari gunung-gunung yang menjulang hingga sejarah dan budayanya. Namun, salah satu daya tarik utama Jawa Timur terletak pada kekayaan kuliner tradisionalnya yang menggugah selera. 

Baca Juga

Fakta Menarik Desa Tanpa Daratan di Indonesia, Ada yang Suasananya seperti di Film Avatar

Banyak kuliner khas Jawa Timur yang mendunia dan disukai banyak masyarakat luar negeri, salah satunya yakni rawon yang telah menyandang predikat sebagai sup terenak di dunia.

Kuliner Khas Jawa Timur yang Mendunia

1. Rujak Cingur

Baca Juga

5 Fakta Konflik Israel dan Hamas, Sudah Berlangsung Seminggu

Salah satu kuliner khas Jawa Timur yang mendunia yakni rujak cingur. Kuliner khas Kota Surabaya ini bahkan sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Ciri khas dari kuliner ini yakni berisikan cingur atau bagian mulut atau moncong sapi, di dekat area bibir dan hidung sapi. 

Terkadang para penjual rujak cingur ini menampilkan cingur secara utuh yakni dengan dua lubang hidung sapi. Alasannya agar para pembeli mengetahui bahwa rujak cingur yang dijual asli berasal dari area sekitar hidung sapi, bukan dari kulit sapi.

Baca Juga

5 Daerah Terpanas di Jawa Timur selama 2023, Nomor 4 Tembus hingga 38 Derajat Celsius

Selain berisikan cingur sapi, rujak cingur ini berisikan berisi sayuran rebus seperti kangkung, kecambah, kacang panjang, dan krai (sejenis timun). Perpaduan antara petis, cabai, gula merah serta kacang tanah yang telah digoreng, kemudian diulek dan ditambahkan sedikit air, akan menambah cita rasa khas kuliner ini yang sulit ditemukan di tempat lain.

Editor: Ihya Ulumuddin