JAKARTA, iNews.id - Sultan Amangkurat I memindahkan istana Kerajaan Mataram pasca mengambil kekuasaan dari ayahnya Sultan Agung. Bangunan istana dipindahkan ke Plered.
Konon, istana itu dibangun begitu megah. Kunjungan utusan Belanda pada Juni 1648 mendeskripsikan bagaimana istana ini dibangun.
Dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf bangunan tembok mengelilingi kedua pintu gerbang yang paling banyak di sisi alun-alun utara.
Di sana pula konon pertandingan tombak kerap diadakan, sedangkan pintu gerbang satunya lagi terletak di selatan.
Keliling dalem yang persegi itu, seluas 600 moede atau sekitar 2.256 meter, tepat sekali dengan peta yang dibuat lama, kemudian atas dasar reruntuhannya.
Di dekat pintu gerbang selatan mengalir Kali Opak. Kemudian tampak pada peta kecil itu bahwa bentuk dalem bukanlah benar-benar persegi, tetapi seperti belah ketupat.
Sedangkan kedua lapangan dalam, yaitu Kemandungan dan Srimenganti yang harus dilalui sebelum tiba di Prabayeksa atau Istana raja itu sendiri, berada di dalam tembok keliling.
Karena utusan Belanda Jan Vos ketika berkunjung ke Kerta hanya dapat melihat Srimenganti, maka antara lapangan dalam ini dan alun-alun masih disisipkan lagi Kemandungan.
Sementara itu, G.P. Rouffaer peneliti asal Belanda membuat sebuah peta sketsa keraton itu berdasarkan sisa-sisa reruntuhan yang masih dapat terlihat pada tahun 1889. Ia menggambarkan di sebelah Srimenganti sebuah bangunan yang dikelilingi tembok, yaitu Suranatan, sedangkan di sebelah barat alun-alun digambarkannya sebuah masjid.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait