Sawunggaling. (Foto: Ist)

Adipati Surabaya itu mencabut sebilah keris. Pada saat itulah pistol di tangan Hoogendorf menyalak. Timah panas melesat arah dada Sawunggaling. Namun tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat melindunginya.

Bayangan itu Van Jannsen, perwira Kompeni Belanda. Jannsen merupakan sahabat Sawunggaling karena hidupnya pernah diselamatkan (Sawunggaling). Jannsen tewas seketika dengan peluru merobek jantungnya .

Sawunggaling selamat. Dengan amarah, keris ditangannya meliuk cepat menikam dada Hoogendorf. Kompeni Belanda penyebab kematian Jayengrono tersebut ambruk, dan tewas seketika. Para prajurit Kompeni masih tertegun dengan insiden yang terjadi.

Sebelum semuanya tersadar sepenuhnya, Arya Suradireja langsung mengajak Sawunggaling meninggalkan lokasi. Sementara melihat dua perwiranya tewas, Kapitan Komisaris Pieter Speelman murka. Dipimpin Letnan Herman De Wilde, wakil Peiter Speelman, pengejaran langsung dilakukan. 

"Tidak tanggung-tanggung, 200 pasukan berkuda Kompeni tergabung dalam pengejar," tulis Fabricus Indri.

Sawunggaling dan Arya Suradireja berhasil keluar dari Kartasura. Di wilayah Sragen, mereka sengaja menerobos kawasan hutan. Di hutan itu Sawunggaling sempat berkontak dengan Gerombolan Gagak Mataram. Yakni sekelompok bandit sosial pimpinan Gagak Lodra yang pernah berhutang nyawa dengan Sawunggaling. Di hutan Sragen itu pasukan Kompeni yang berusaha menyusul, dihancurkan.

Kabar kematian dua petinggi Kompeni Belanda di Kartasura, menggemparkan dan dengan cepat tersebar hingga ke Batavia. Kabar tersebut sampai ke telinga Gubernur Jendral Belanda Hendrick Zwaardeckroon. Ultimatum langsung dikeluarkan: "Tangkap Adipati Sawunggaling hidup atau mati". Penyerangan ke Surabaya dipimpin Kapitan Komisaris Pieter Speelman sekaligus pengganti Hoogendorf.

Sebanyak 5.000 orang pasukan yang terdiri dari prajurit Eropa dan pribumi dikerahkan. Serangan dilakukan melalui perang darat dan laut. Sementara di Kadipaten Surabaya, Adipati Sawunggaling berusaha menyatukan kekuatan Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). Pertempuran dahsyat tidak terelakkan. Pada tanggal 10 Februari 1723. Pasukan Sawunggaling berhasil memukul mundur Kompeni Belanda di Lamongan.

Kompeni yang terbiasa melakukan perang terbuka, dibuat kocar-kacir saat harus menghadapi serangan gerilya dari rumah ke rumah. Kapitan Pieter Speelman yang marah, turun langsung memimpin peperangan. 

Tiga kapal perang diberangkatkan untuk menggempur Surabaya dari arah laut. Perintahnya ke setiap pimpinan pasukan adalah tidak ada tawanan perang. Artinya semua termasuk Adipati Sawunggaling dihabisi.

Perang berlangsung sengit. Karena kalah jumlah pasukan serta persenjataan, laskar Sawunggaling terdesak. Saat itu awal Maret 1723. Kondisi yang ada diperparah dengan ditariknya bantuan pasukan dari orang-orang Bali yang sebelumnya berada di Pasuruan dan Probolinggo.


Editor : Nani Suherni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network