Sawunggaling lahir dari rahim Rara Blengoh. Seorang perempuan, anak Kepala Desa Lidah Wetan (Sekarang Kecamatan Lakarsantri) yang bernama Wangsadrana. Setelah dinikahi Jayengrana yang berstatus duda lima anak, Rara Blengoh menyandang gelar Raden Ayu Sangkrah.
Sejak lahir Sawunggaling dikenal bernama Jaka Berek. Dia tumbuh bersama ibu dan kakeknya di Desa Lidah Wetan dengan status ayah yang dirahasiakan.
Sejak kecil, Berek yang banyak belajar kanuragan dan dianggap memiliki kelebihan, gemar menyabung ayam dan tak pernah kalah. Dia memiara seekor ayam jago andalan yang diberi nama Galing.
Saat mulai tumbuh dewasa dan akhirnya berhasil menemui ayahnya di Kadipaten Surabaya, nama Jaka Berek diubah menjadi Sawunggaling. Sebagai putra Adipati Surabaya yang masyhur, Sawunggaling lebih bisa membawa diri dibanding lima kakak tirinya. Nasib baik juga senantiasa berpihak kepadanya.
Sawunggaling berhasil memenangkan sebuah sayembara dengan hadiah diambil menantu Raja Pakubuwono I. Saat Adipati Jayengrana mangkat karena dibunuh secara licik oleh Kompeni Belanda, dia juga yang ditunjuk menggantikan jabatan Adipati Surabaya.
Begitu juga saat di pesta yang disiapkan Kompeni Belanda untuk menghabisinya. Di ruangan kompleks Kraton Kartasura. Sawunggaling hadir bersama Arya Suradireja, tangan kanannya.
Pandangannya mengitari isi ruangan. Namun tidak terlihat satupun petinggi Kraton Kartasura yang hadir. Pakubowono I yang sekaligus mertuanya juga tidak terlihat. Van Hoogendorf beralasan raja berhalangan hadir karena sedang tidak enak badan.
Justru yang banyak terlihat para petinggi Kompeni. Termasuk Kapitan Komisaris Pieter Speelman, juga hadir. Kemenakan Gubernur Jendral Belanda Cornelis Speelman tersebut, ditunjuk sebagai wakil kompeni dari Batavia.
Saat membaui sloki anggur di tangannya. Sawunggaling mencium aroma ganjil yang menyengat. Sawunggaling seketika meradang. Van Hoogendorf dihardiknya dengan suara menggelegar.
"Van Hoogendorf, kurang ajar, kamu licik!. Bila engkau benar-benar laki-laki minumlah sloki ini!, " hardik Sawunggaling seperti dikisahkan Febricus Indri.
Wajah Hoogendorf mendadak pucat. Dia tidak menyangka rencana liciknya terbongkar. Sloki berisi minuman keras di tangan Sawunggaling memang sudah dia campuri racun arsenik. Racun dengan kadar paling tinggi. Bahkan hanya mencicipi saja, akibatnya bisa fatal.
Suasana di ruangan sontak hening. Tidak ada lagi orang bernyanyi-nyanyi. Semuanya terdiam. Hoogendorf tiba-tiba lari ke dalam ruangan lain, dan saat kembali tangannya mengacungkan pistol ke arah Sawunggaling. Sawunggaling tidak gentar.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait