Dia hanya perlu waktu beberapa saat untuk membuat rakit bambu. Dan dengan rakit bambu itu ia bisa menyeberangi sungai tanpa khawatir tenggelam. "Kisanak, Allah melarang kita menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna seperti ini. Allah memberi kita akal dan pikiran untuk kita manfaatkan sebaik-baiknya. Menyelesaikan masalah yang kita hadapi," ujar Sunan Ampel.
"Kalau memang bisa lebih cepat menyeberangi sungai, kenapa Kisanak menghabiskan waktu dua belas tahun untuk melakukannya?," tambah Sunan Ampel.
Raden Rahmat atau Sunan Ampel merupakan putra Syaikh Ibrahim As-Samarkandi yang berasal dari negeri Champa. Dalam Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri (1975), tertulis Imam Rahmatullah (Raden Rahmat) datang ke Jawa bersama ayahnya dengan tujuan dakwah Islamiyah.
Kedatangan Raden Rahmat di Jawa juga disertai saudaranya yang bernama Ali Musada atau Ali Murtadho dan sepupunya yang bernama Raden Burereh (Abu Hurairah), putra Raja Champa.
Raden Rahmat kemudian menikahi putri Adipati Tuban Arya Teja yang juga cucu Arya Lembu Sura Raja Surabaya yang beragama Islam. Babad Ngampeldenta menyebut, Raja Majapahit Brawijaya V yang mengangkat Raden Rahmat sebagai imam di Surabaya dengan gelar Sunan sekaligus diberi kedudukan wali di Ngampeldenta.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait