Jalankan Misi Edukasi
Meski sudah punya bengkel sendiri, Santi masih mondar-mandir ke ITS untuk membantu mengembangan kendaraan listrik bersama teman-temannya. Bahkan, tak jarang perempuan berjilbab dia juga pergi ke beberapa kampus untuk menjadi dosen tamu, menularkan ilmu tentang kelistrikan.
Santi tidak memungkiri, salah satu poin bengkel didirikan yakni untuk mendapatkan keuntungan finansial. Namun, hal itu bukan yang utama. Sebab untuk kendaraan listrik, menurutnya, saat ini Indonesia masih dalam proses belajar.
Penilaian itu muncul karena banyak masyarakat yang belum mengenal betul tentang teknologi kendaraan listrik, sehingga kekhawatiran mereka masih tinggi. Dia mencontohkan, banyak di antara masyarakat yang menganggap kendaraan listrik berbahaya, seperti tersengat atau bahkan baterai habis di tengah jalan.
"Padahal, kendaraan BBM juga punya risiko sama, bisa kehabisan bahan bakar di jalan. Sebenarnya treatmennya hampir sama, tinggal bagaimana mengubah pikiran mereka saja," kata perempuan yang pernah bercita-cita sebagai dokter ini.
Santi mengatakan, saat ini, tempat pengisian baterai kendaraan listik sudah cukup banyak. Sebab, PLN telah mendirikan 570 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 240 titik di seluruh Indonesia,
"Apalagi untuk roda dua, baterai bisa dicarg di mana saja. Di warung-warung juga bisa, yang penting ada colokan," tuturnya.
Di luar itu, masyarakat juga belum memahami bahwa bahan bakar yang bersumber dari fosil itu hampir habis. Kementerian ESDM mencatat, dengan penggunaan BBM seperti sekarang, maka cadangan bahan bakar fosil akan habis dalam waktu 15 tahun ke depan.
Sementara tingkat pencemaran akibat emisi gas buang yang juga sangat tinggi, seperti jelaga dan kabut asap yang dapat meningkatkan risiko kematian. Organisasi kehatan dunia (WHO) bahkan menyebut, paparan polisi itu menyebabkan kematian hingga empat juta setiap tahun di seluruh dunia.
"Listrik di Indonesia saat ini memang masih berasal dari fosil, tetapi sebagian sudah mulai untuk renewable energy, salah satunya tenaga surya. Nah ini yang ingin kami edukasikan kepada masyarakat lewat kendaraan listrik, termasuk mengurangi polusi dari kendaraan BBM," katanya.
Di luar itu, sebagian masyarakat juga masih menganggap kendaraan listrik harganya mahal. Padahal, sejatinya lebih murah. Sebagai perbandingan, setiap 1,4 kWh (Rp2.000) kendaraan listrik bisa menempuh jarak 50 kilometer. Sementara kendaraan BBM untuk jarak sama membutuhkan 1 liter BBM (paling murah pertalite Rp10.000).
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait