5 Tokoh Pertempuran Surabaya, Nomor 3 Pernah Tolak Permintaan Presiden Soekarno
2. Mayjen Sungkono

Selepas dari PETA, Sungkono didapuk sebagai komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Surabaya yang bertanggung jawab memimpin pertempuran melawan Inggris pada 10 November 1945.
Sungkono lahir di Purbalingga, 1 Januari 1911 dan meninggal di Jakarta, 12 September 1977. Dia menempuh pendidikan di HIS (Hollands Indische School) dan berlanjut ke MULO.
Setelah itu, dia menyambungkan pendidikan ke Zelfontelkeling. Selama dua tahun berikutnya, Sungkono mendapatkan pendidikan militer dari KIS (Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen) Makassar.
3. Moestopo

Tokoh pertempuran Surabaya yang juga patut dicatat yakni Moestopo. Dia merupakan pahlawan nasional yang ikut berperan dalam rangkaian peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Moestopo merupakan seorang dokter gigi yang memutuskan untuk menjadi tentara. Dia diberi tugas sebagai komandan pasukan pribumi di Surabaya.
Moestopo turut menolak mematuhi perintah Inggris untuk pelucutan senjata pasukan Indonesia di Surabaya. Pada 28 Oktober–30 Oktober 1945, pasukan yang dikomandani Moestopo bertempur melawan Inggris yang berujung pada kematian Jenderal AWS Mallaby.
Ketika Presiden Soekarno datang ke Surabaya untuk menjadi penengah, Moestopo didaulat menjadi penasihat dan menghentikan pertempuran. Namun, Moestopo menolak permintaan itu.
Moestopo memutuskan pergi ke Gresik. Jadi, dalam pertempuran Surabaya 10 November dia tidak lagi menjadi komandan pasukan.
Editor: Ihya Ulumuddin