Tawarkan Pelatihan Ekonomi Digital, Gubernur Khofifah Minta PMI Waspada Penipuan dan Pemerasan
Pelatihan tersebut dapat dilakukan di Kampus UMKM Shopee Malang yang terletak di UPT milik Dinas Koperasi dan UMKM Jatim di Malang. Kampus Shopee di Malang, setiap batch-nya bisa memberikan pelatihan bagi 40 orang selama tiga bulan secara gratis. Keterampilan yang diajarkan mulai dari konsultasi produk, fotografi produk, hingga pemasaran secara digital.
“Mereka akan diajari menyiapkan produk dengan kualitas yang terstandarisasi, memotret produk sehingga orang tertarik membeli produk kita. Termasuk diajari cara memasarkan produk secara digital dan melalui keterampilan public speaking karena di sana ada ruangan khusus yang mengajarkan berjualan secara live streaming. Kalau sudah tiga bulan, mereka diharapkan menjadi top marketer karena penjualannya sudah harus berbasis online,” ujar Khofifah.
Untuk itu, melalui pertemuan ini dia berharap akan ada rekomendasi yang dihasilkan dari berbagai usulan para PMI asal Jatim di Hong Kong. Usulan program tersebut jikalau memungkinkan nantinya akan dimasukkan dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) milik Kemendagri.
“Jikalau tidak memungkinkan, maka kami menyiapkan berbagai macam program keterampilan baik yang menggunakan APBD Pemprov Jatim maupun yang menggunakan program CSR dari BUMD milik Pemprov Jatim," tutur Khofifah.
Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Hong Kong Ricky Suhendar mengatakan pertemuan gathering ini bisa menjadi ajang untuk saling bertukar informasi dan pandangan, baik tentang perubahan yang terjadi di Indonesia maupun Hong Kong.
“KJRI di Hong Kong ini menjadi KJRI keempat terbesar karena mencakup wilayah Hong Kong dan Macao dengan berbagai pelayanan warga dan perlindungan. Warga kita di sini ada sekitar 160 ribu dan hampir 95 persen bekerja di tata laksana rumah tangga," katanya.
“Berbagai permasalahan yang kami tangani seperti masalah ketenagakerjaan, imigrasi dan pidana. Kami terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia yang ada di Hong Kong. Apalagi kominitas PMI di Hong Kong cukup besar dan banyak. Bagaimana kita memberdayakan, kami yakin saudara tidak selamanya di Hong Kong, pasti akan kembali ke Indonesia. Sehingga, ketika kembali tidak hanya punya bekal materi tapi juga keterampilan, sehingga program yang kita lakukan mengedepankan pemberdayaan,” katanya.
Sebelumnya, perwakilan masyarakat Jatim asal Kediri di Hong Kong Anil Kusnaini mengatakan, dirinya bersama para PMI asal Jatim memiliki beberapa keinginan, yaitu adanya suatu upaya penguatan mental, upaya edukasi, serta upaya perlindungan baik sebagai perempuan PMI. Apalagi PMI di Hong Kong ini mayoritas muslim, dibutuhkan juga penguatan dari paham ekstrem di tengahnya era media sosial saat ini.
“Pembekalan mulai dari calon PMI, kemudian keluarga kami di rumah termasuk pendidikan anak-anak kami. Karena kami tidak ingin anak kami seperti kami. Apalagi saat ini pendidikan yang utama. Kami berharap ada program unggulan di bidang pendidikan terutama bagi perempuan sehingga kami bisa dapat peluang pekerjaan di Indonesia,” ujar Anil.
Editor: Rizqa Leony Putri