Sosok Pejuang TKR Soemitro, Ganti Nama Tasrib demi Perang Gerilya hingga Jadi Jenderal
“Waktu itu sebenarnya Pak Hamid Rusdi membagi wilayah wilayah, kantong-kantong. Di sini pak Sumitro, ada lagi di bawahnya Pak Sulam Samsul,” kata dia.
Pasukan pejuang ini biasanya berkoordinasi di markas komando pasukan yang terdekat dari wilayah kota, yakni di markas komando di Tawangsari. Para pasukan ini biasanya berkoordinasi melakukan serangan tiba-tiba ke pasukan Belanda dan tentara sekutu.
“Ketemunya di sini, ini daerah konsolidasi mengumpulkan para pejuang. Pertama untuk memantau kota, kedua pembalasan dari serangan, jadi setelah mundur, untuk membuktikan TNI ada dilakukan perang wingate atau perang gerilya ini,”kata pengelola Museum Reenactor Malang ini.
Guna memperlancar taktik perang gerilya ini, Soemitro bahkan harus menyamar dari para spionase dan mata-mata pasukan Belanda. Ia pun mengganti namanya menjadi Tasrib, demi keselamatan dan kelancaran aksi perang gerilya.
“Pak Soemitro itu nyamar, jadi Pak Tasrib. Markasnya di rumah warga, jadi enggak terlihat. Ya kayak masyarakat biasa semuanya, tapi mereka semua pegang senjata,” katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin