get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Jalur Alternatif ke Pondok Pesantren Lirboyo, Pilihan Terbaik Hindari Macet Menuju Kawasan Santri Kediri

Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo dan Sosok KH Abdul Karim yang Lahirkan Ulama Besar

Jumat, 17 Oktober 2025 - 06:15:00 WIB
Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo dan Sosok KH Abdul Karim yang Lahirkan Ulama Besar
Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri yang telah berusia 113 tahun banyak melahirkan tokoh ulama berpengaruh di Nusantara. (Foto: Lirboyo)

KEDIRI, iNews.idSejarah Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, menarik diulas. Pesantren yang telah mewarnai sejarah Nusantara lebih dari satu abad mendadak ramai diperbincangkan usai diusik salah satu program acara televisi swasta yang menyinggung harkat dan martabat kiai. 

Pesantren Lirboyo bukan hanya tempat menimba ilmu, tapi juga simbol perjuangan ulama dalam membangun bangsa. Pesantren ini telah banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama berpengaruh. Berikut sejarah lengkap Ponpes Lirboyo, dari awal mula hingga kontribusinya di era modern.

Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo

Ponpes Lirboyo didirikan pada tahun 1910 oleh KH Abdul Karim yang sebelumnya bernama Manab. Beliau dilahirkan sekitar tahun 1856 di Dukuh Banar, Desa Diyangan, Kawedanan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, anak ketiga dari pasangan Abdur Rahim dan Salamah. Sepeninggal ayahnya Abdur Rahim, Kiai Manab memutuskan untuk merantau demi menuntut ilmu, mengikuti jejak kedua kakaknya yakni Aliman dan Mu’min.

Keinginan Kiai Manab dipicu oleh kharisma para alim ulama yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro, seperti Kiai Imam Rofi’i dari Bagelan dan Kiai Hasan Bashori dari Banyumas. 

Pendiri Ponpes Lirboyo KH Abdul Karim. (Foto: Lirboyo)
Pendiri Ponpes Lirboyo KH Abdul Karim. (Foto: Lirboyo)

Kiai Manab mulai nyantri untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar, seperti ilmu amaliyah, sambil membantu memanen padi sebagai buruh. Sejumlah pesantren pernah disambanginya. Namun, paling lama menjadi santri di bawah bimbingan Syaikhona Kholil Bangkalan. Di situ, Kiai Manab nyantri selama hampir 23 tahun. Pada saat itu, ia sudah berusia 40 tahun dan telah menunjukkan sebagai sosok seorang kiai.

Setelah sekian lama, Kiai Kholil merasa bahwa Kiai Manab sudah dianggap lulus dan cukup. Kiai Manab lalu berpamitan untuk pulang ke Magelang, tetapi setibanya di Jombang ia mendengar bahwa sahabatnya KH Hasyim Asy’ari, telah mendirikan pesantren di Tebuireng, Jombang, selama tiga tahun. Kiai Manab kemudian singgah di pesantren tersebut dan nyantri selama lima tahun, beliau disitu mengajar kitab nahwu shorof.

Kiai Manab, yang saat itu berusia 50 tahun, kemudian dijodohkan oleh Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari dengan Siti Khodijah, putri Kiai Sholeh. Meskipun sudah menikah, Kiai Manab tetap melanjutkan nyantri di Tebuireng.

Kiai Sholeh lantas berkeinginan untuk membeli sebidang tanah di Lirboyo dan memberikannya kepada Kiai Manab. Proses pembelian tanah tersebut berjalan lancar, karena saat itu Lirboyo dikenal sebagai daerah yang angker dan tidak aman. Lurah Lirboyo, yang tidak lagi mampu menenangkan warganya itu lalu meminta bantuan Kiai Sholeh untuk menempatkan menantunya di sana agar masyarakat yang kekurangan bimbingan spiritual dapat tersadarkan.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut