JEMBER, iNews.id – Kasus pembunuhan Surono, juragan kopi di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), mengejutkan masyarakat. Surono tewas dibunuh oleh istrinya Busani dan anak kandung, Bahar. Keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Namun, Busani yang telah ditahan polisi memberikan pengakuan mengejutkan soal penyebab pembunuhan Surono, kronologi, hingga kejadian setelah itu. Pembunuhan itu berawal dari perubahan prilaku korban setelah sukses menjadi juragan kopi.
6 Fakta Lengkap Kasus Surono, Dibunuh Istri dan Anak, Mayatnya Dicor di Lantai Musala
Menurut Busani, sebelum sukses menjadi petani kebun kopi, mahligai rumah tangganya dengan Surono, rukun dan tentram. Namun, Surono berubah sejak setelah kebun kopinya berkembang baik. Dia tidak lagi baik kepada Busani dan Bahar.
“Dia sering jalan sendiri, makan di warung pun sendiri. Kalau ditanyain, dia bilang ndak usah nanya-nanya, bukan urusan kamu. Dia marah-marah,” kata Busani, Jumat (8/11/2019).
Begini Persekongkolan Ibu dan Anak Bunuh Ayah dan Kubur Mayat di Bawah Musala Rumah
Sementara Surono semakin sukses. Uang hasil kebun kopi terus mengalir. Sejak itulah Surono, menurut Busani, memiliki selingkuhan. Dia bahkan pernah memergoki Busani di sebuah kebun bersama selingkuhannya yang diketahui pekerja di kebun kopi.
“Teman-teman juga bilang, Surono punya pacar. Dia pernah pergi ke Bali, empat bulan,” katanya.
Terungkap, Surono yang Dikubur di Musala Ternyata Dibunuh Istrinya dan Anak Kandung
Kemarahan Busani menjadi dendam karena perselingkuhan Surono. Apalagi saat dia mengingatkan agar tidak bermain api, Surono menjadi-jadi. Malah, Surono semakin pemarah dan suka memukul.
“Dia bahkan bilang sama anak saya perempuan, suruh ibumu cari laki-laki lain. Sama saya juga dia bilang sambil marah-marah, cari suami lain. Awal nikah dia sebenarnya sudah sering mukul, tapi saya semakin sering lagi dipukul setelah dia sukses dan selingkuh,” katanya.
Jasad Dikubur di Bawah Musala, Psikiater Akan Periksa Kejiwaan Istri dan Anak Surono
Dia juga tidak lagi memberi nafkah materi kepada Busani. Akibatnya, kebutuhan hidup Busani diberikan oleh putrinya bernama Fatim yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. “Saya sakit hati. Anak saya perempuan juga tahu ayahnya berselingkuh. Dia bilang, jangan sedih.,” kata Busani.
Bagi Busani, hari-harinya pun mulai seperti hampa. Putranya Bahar yang sering meminta uang kepada Surono, tidak pernah lagi diberikan. Karena terus meminta, Busani kasihan. Dia pernah meminjam uang ke bank untuk diberikan kepada Bahar. Saat panen kopi, uang hasil panenan itu lah yang digunakan untuk membayar utang di bank.
Jasad Terkubur di Musala, Istri Surono yang Menikah Lagi Mengaku Janda kepada Suami Sirinya
Busani mengatakan, puncak kemarahannya saat dipukul oleh Surono dengan sandal di bagian pundak hingga berbekas. Penyebabnya karena dia mengingatkan untuk tidak berselingkuh sebab sejatinya mereka merupakan keluarga sah dengan dua anak. Namun, Surono tetap tidak mempedulikan Busani.
Derita Busani ini kemudian diceritakan kepada putranya Bahar. Bahar pun membalas kepedihan hati ibunya dengan merencanakan aksi pembunuhan. Apalagi, Bahar juga sakit hati kepada bapaknya karena tidak pernah mau memberikan uang. Selain itu, dia dendam kepada sang bapak karena tidak pernah menyukai istrinya.
Sebelum membunuh bapaknya, Bahar meminta izin kepada ibunya. Saat itu, Busani menimpal dengan kata-kata terserah. “Dia nanya, gimana kalau bapak dibunuh, ibu ikhlas? Saya memang enggak suka sama bapak. Itulah salah saya, saya bilang terserah,” kata Busani.
Pembunuhan pun terjadi pada akhir Maret 2019 silam. Saat itu, tepatnya malam Minggu, Bahar pulang dari Bali. Bahar mengetuk pintu rumah dan pintu rumah dibukakan oleh Busani.
Di dalam rumah, Bahar meminta martil kepada ibunya untuk menghabisi bapaknya. Namun, karena martil kurang besar, Bahar akhirnya mengambil linggis dan memukulkan ke pelipis kiri korban yang tidur hingga tewas.
Sementara Busani langsung keluar ke sungai hingga beberapa jam dan menangis karena tidak sanggup melihat suaminya dibunuh. Setelah 1,5 jam kemudian, Busani kembali ke rumah. Dia melihat jasad Surono diseret ke bagian belakang rumah dan dikubur oleh Bahar. Usai mengubur, Bahar meminta maaf kepada Busani.
“Saya masih gemetar sambil nangis di kamar. Setelah selesai, Bahar menghampiri saya. Dia minta maaf, dia bilang dia anak durhaka. Saya bilang, jangan diulangi lagi,” katanya.
Busani dan Bahar kemudian ke sungai. Bahar selanjutnya mandi di sungai dan pulang ke rumah lagi bersama sang ibu. Setelah itu, dia kembali ke Pulau Bali menggunakan sepeda motor. Sebelum ke Bali, Bahar mencari tas milik bapaknya dan mendapati ada uang sebesar Rp6 juta dan mengambilnya.
Sebelum ke Bali, Bahar meminta ibunya untuk tidak menceritakan kepada siapa pun. Sebab, jika Busani berani menceritakan, Bahar mengancam akan membakar rumah bahkan membunuh Busani.
“Dia pamit dan bilang, Bu, saya mau ke Bali, saya titip itu jangan sampai itu kasih tahu ke siapa pun. Kalau ibu sampai ngasih tahu tentang ini, ibu akan saya bunuh. Kalau ada orang nanya, bilang bapak cari istri di Lombok,” kata Busani menirukan kata-kata anaknya.
Karena ketakutan setelah pembunuhan Surono, Busani meminta Bahar untuk mengantarkan dia ke rumah ibunya yang masih berada di Kecamatan Ledokombo. Busani baru pulang lagi saat pagi hari.
Beberapa hari kemudian, Busani mendapati tanah yang dijadikan untuk mengubur Surono retak. Dia menghubungi Bahar. Bahar memberi penjelasan agar ibunya membeli semen dan menaburkan di atasnya.
Namun, beberapa minggu berikutnya, kuburan itu retak lagi. Akhirnya Bahar pulang sembari membawa tukang untuk memasang keramik di atas lantai yang di bawahnya ada jasad Surono. Beberapa lama kemudian, rumah itu direnovasi. Tempat Surono dikuburkan, dibangun menjadi musala.
Hari-hari berlalu hingga tujuh bulan lamanya. Bahkan, Busani juga telah menikah siri dengan Jumarin, warga desa setempat. Kasus ini pun kemudian terbongkar lantaran Busani resah dengan sikap Jumarin. Pria itu jarang pulang ke rumah Busani gara-gara istri Jumarin pulang dari Malaysia yang menjadi TKI bertahun-tahun.
Busani takut jika Jumarin kembali lagi ke pangkuan istrinya. Apalagi, Bahar yang suka meminta uang kepada Busani mulai jarang diberi. Bahar menduga jika uang ibunya itu diberikan kepada Jumarin. Akhirnya Bahar membuat skenario jika Surono meninggal dunia dibunuh Jumarin dan mayatnya dikubur di musala rumah.
Bahar menceritakan itu kepada kepala kampungnya lewat ponsel hingga akhirnya kepala kampung menanyakan kepada Busani. Busani lalu menceritakan kronologi sebenarnya mengenai kematian Surono.
“Saya takut Bahar akan berulah lagi karena sebelumnya dia sudah punya beberapa kasus. Apalagi dia juga mengancam membunuh saudaranya yang perempuan dan mau bakar rumah,” katanya.
Dari pengakuan itulah, kepala kampung kemudian melaporkan kepada polisi dan akhirnya kasus ini pun terkuak. Polres Jember menetapkan Busani dan putranya Bahar sebagai tersangka pembunuhan.
“Saya merasa bersalah dan menyesal punya suami seperti ini, punya anak seperti ini. Tapi, saya juga bersalah pada suami saya,” kata Busani.
Editor: Maria Christina