Misteri Naskah Proklamasi Tulisan Sutan Sjahrir yang Batal Dibacakan Soekarno
Teks proklamasi kemerdekaan yang akan dibaca Soekarno itu telah disampaikan secara sembunyi-sembunyi kepada para aktivis pergerakan di kantor surat kabar Domei dan stasiun radio untuk diterbitkan dan disiarkan.
Namun, persis sebelum pukul enam petang 15 Agustus 1945, datang kabar dari Soekarno yang intinya belum bisa mengumumkan proklamasi kemerdekaan. “Dia (Soekarno) belum dapat mengumandangkan proklamasi, dan menginginkan penundaan selama sehari”.

Sjahrir seketika kecewa sekaligus marah kepada Soekarno. Lalu bagaimana dengan teks Proklamasi Kemerdekaan yang sudah ditulisnya?
Kepada peneliti asing George Kahin pada 15 Februari 1949, Sjahrir mengatakan, seingatnya teks proklamasi kemerdekaan itu diketik dengan panjang 300 kata.
Isi teks menggambarkan penderitaan rakyat di bawah pemerintahan Jepang dan sekaligus untuk menyatakan rakyat Indonesia menolak menjadi barang inventaris yang diserahkan dari tangan pemerintahan kolonial satu ke tangan pemerintahan kolonial yang lain.
Teks dirancang tidak untuk mengisolasikan unsur-unsur pro Jepang, tetapi untuk membangkitkan rakyat. “Teks itu, menurut Sjahrir adalah anti-Jepang bukan anti-Belanda,” tulis Rudolf Mrazek dalam 'Sjahrir Politik dan Pengasingan di Indonesia'.
Dalam perjalanannya, teks proklamasi kemerdekaan karangan Sjahrir lantas tidak jelas nasibnya. Sutan Sjahrir sendiri tidak menyimpan salinannya.
Begitu pula dengan Des Alwi, anak angkat Sjahrir asal Banda Neira juga mengaku tidak ingat lagi isi dari teks proklamasi tersebut.
Editor: Reza Yunanto