Kisah Untung dan Semangat Menjaga Denyut Ekonomi Masyarakat Desa

Untung bercerita, sebelum merintis usaha toko tahun 1994, dia merantau ke Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana Untung berjualan jam tangan hingga tiga tahun lamanya.
Hasil tabungannya di NTT inilah yang dijadikan modal untuk merintis usaha toko. Untuk mengenang masa sulit di perantauan Untung bahkan mengabadikan Kabupaten Ngada menjadi nama toko seperti saat ini.
Perjuangan Untung untuk bisa mandiri dari usaha toko di tanah kelahiran berbuah manis. Toko yang semula kecil terus berkembang mejadi lebih besar.
Kendati demikian, pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya keteteran. Penjualan lesu hingga modal terus berkurang.
Beruntung, dia mendapatkan manfaat dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dank Bank Rakyat Indonesia (BRI). Tahun 2020 lalu, Untung mengajukan kredit sebesar Rp50 juta ke BRI Cabang Sukodadi untuk modal usaha.
Suntikan modal inilah yang membuat laju operasional tokonya tetap terjaga. Untung bisa mengisi tokonya dengan barang-barang yang banyak dibutuhkan pelanggan, sehingga mereka tidak pindah ke toko-toko waralaba.
“Apa yang dijual di minimarket insyaAllah ada di toko ini. Makanya pembeli senang,” tuturnya.
Kisah Untung menjalankan usaha toko ini juga banyak dialami para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lainnya. Denyut ekonomi mereka tetap terjaga berkat uluran tangan perbankan sebagaimana dilakukan BRI lewat program KUR-nya.
Pinjaman dengan suku bunga kecil dan persyaratan tak rumit menjaga asa para pelaku UMKM untuk terus bangkit. Harapan ini tentu sejalan dengan cita-cita pendiri BRI Bei Aria Wirjaatmadja di Purwokerto 1895 silam.
Bank yang semula bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden itu bertujuan membantu masyarakat perdesaan untuk bisa berkembang.
Editor: Donald Karouw