Kisah Tsaniah, Gadis Pesantren Asal Gresik yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan

GRESIK, iNews.id - Hadiyatus Tsaniah cinta mati terhadap Arema FC sejak menjadi mahasiswa. Setiap kali Arema FC bertanding di Malang, lulusan pesantren Mambaul Ihsan selalu hadir untuk mendukung klub kesayangannya, termasuk Sabtu (3/10/2022) lalu.
Rupanya, itu terakhir kalinya Tsaniah menyaksikan tim kebanggaannya Arema FC. Sebab, Aremanita asal Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur, ikut menjadi korban tragedi Kanjuruhan dan meninggal dunia.
Tsaniah meninggal dalam usia relatif muda, usinya baru 24 tahun. Lulus program studi Fakultas Agama Islam (FAU) jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di Universitas Islam Malang alias Unisma. Program itu ditempuh hanya dengan tujuh semester. Masuk Tahun 2016 dan lulus pertengahan 2020 lalu.
Berdasarkan lama Pendidikan yang ditempuh, Hadiyatus Tsaniah tergolong mahasiswa yang pintar. Teman korban Rizki Adi Adha menyebut, almarhumah juga aktif berorganisasi, salah satunya Forum Mahasiswa Gresik (Formagres).
Rizki Adi Adha menuturkan, Hadiyatus Tsaniah dikenal sebagai pribadi yang baik, suka menolong temannya. Tidak hanya itu, korban juga aktif di beberapa organisasi kepemudaan dan kampus.
“Dia satu kota asal Gresik dan satu kelompok saat maba. Itu awal saya kenal korban. Korban sebagai sekertaris pada organisasi tersebut, saya sebagai wakil ketuanya,” katanya, Minggu (2/10/2022).
Memang korban dari keluarga pendidik. Bapaknya guru di Pondok Pesantren Mambaul Ihsan Banyuurip, Ujungpangkah, Gresik. Juga mengajar di Lembaga Pendidikan Al Fattah, dan di Ponpes Alkarimi Tebuwung Kecamatan Dukun, tepatnya di jenjang SMA. Dari segi keluarga, korban terdidik dengan baik dalam hal agama maupun pendidikan.
Meski lulus sejak 2020 lalu, dia tidak balik ke desanya dan memilih tetap tinggal di Malang. Itu karena dia menjadi guru privat di Lembaga pemndidikan dasar dan menengah.
Editor: Ihya Ulumuddin