Kisah Terbunuhnya Pejabat Majapahit Patih Nambi karena Fitnah Mahapati

Apabila dugaan itu benar, tokoh Mahapati atau Halayudha bukan orang biasa. Dia masih keluarga bangsawan. Gelar 'Dyah' yang dipakai setara dengan raden pada zaman berikutnya. Misalnya pendiri Majapahit dalam Negarakertagama disebut Dyah Wijaya sedangkan dalam Pararaton disebut Raden Wijaya.
Sementara itu Nambi dan Lembu Sora, pada Prasasti Sukamreta hanya bergelar empu. Maka dapat dipahami keduanya bukan dari golongan bangsawan namun memperoleh kedudukan tinggi masing-masing sebagai patih Majapahit dan patih Daha.
Dia pun melancarkan aksi fitnah dan adu domba sehingga satu persatu para pahlawan pendiri kerajaan tersingkir. Bahkan di masa Raja Jayanagara yang menjadi raja selajutnya Majapahit, diceritakan sang raja kerap kali dipengaruhi oleh Dyah Halayudha atau sering disebut sebagai Mahapati dalam kitab kuno.
Mahapati dikenal sebagai patih licik yang menghalalkan segala cara. Kebijakan-kebijakan raja banyak dipengaruhi oleh hasutan Dyah Halayudha, sehingga para pejabat Majapahit banyak yang sengsara pada zaman ini.
Pejabat-pejabat yang berseberangan dengan Dyah Halayudha satu per satu dibunuh atas nama kerajaan. Tuduhannya macam-macam. Ada yang dianggap tidak becus bertugas hingga tuduhan memberontak.
Boleh jadi Mahapati artinya orang yang menyebabkan kematian yang besar atau penyebab matinya orang-orang besar.
Peran Mahapati inilah yang menyebabkan akhirnya Raja Jayanagara melakukan serangan ke Lamajang, tempat tinggal Mahapatih Nambi yang saat itu tengah cuti pasca-meninggalnya sang ayah Arya Wiraraja.
Kebetulan sebelumnya Nambi telah cuti terlebih dahulu saat mendengar ayahnya sakit keras. Mahapati yang datang ke Lamajang mengucapkan rasa duka cita ternyata memiliki misi lain untuk menggulingkan jabatan Nambi.
Editor: Reza Yunanto