Kisah Sulitnya Sunan Bonang Islamkan Rakyat Kediri
Sunan Bonang sudah mendengar seperti apa Kediri, termasuk cerita-cerita sebagai kawasan tua dan angker. Karena merasa haus, perjalanan yang berada tidak jauh dari sungai Brantas, dihentikan sejenak. Sunan Bonang menyuruh santrinya mencari air minum.
Si santri mendatangi salah satu rumah penduduk, di mana seorang gadis remaja sedang duduk di depan pintu. Dengan tutur kata lembut dan sopan, diutarakanlah keinginan meminta air minum. Tapi apa yang didapat? Dengan ketus si gadis mengatakan di rumahnya tidak ada air minum.
Si gadis dengan nada mengejek bertanya balik: apakah air Sungai Brantas masih tidak cukup untuk diminum?. Si santri kaget, dan seketika beranjak pergi. Insiden tersebut langsung disampaikan kepada Sunan Bonang.
Mendengar pengaduan santrinya, Sunan Bonang sontak tersinggung. Dengan geram dilontarkanlah kutukan.
“Orang-orang itu tidak pernah akan punya air lagi!”, demikian dikutip dari Wali Berandal Tanah Jawa.
Konon, kutukan itu mengakibatkan aliran sungai Brantas di Kediri bergeser lebih ke timur. Akibatnya tempat di mana Sunan Bonang berdiri, termasuk desa tempat gadis remaja itu tinggal, berubah menjadi daerah gersang, krisis air. Melihat peristiwa itu Buta Locaya gusar, dan seketika memperlihatkan diri.
Buta Locaya menegur Sunan Bonang dengan kalimat keras. Ia menyebut tidak sepantasnya seorang wali mengeluarkan kutukan yang mengakibatkan sengsaranya orang banyak. Bagi rakyat yang tidak mengerti apa-apa, kutukan itu tidak adil. Hal itu mengingat yang berbuat kesalahan adalah satu orang.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto