Kisah Sastrawan Besar Indonesia Iwan Simatupang yang Meninggal Dunia secara Tragis

Iwan mulai menggauli dunia sastra pada umur 20 tahun. Dia jebolan HBS Medan, yang pernah menjadi komandan pasukan TRIP di Sumatera Utara (1949). Iwan Simatupang memulai menulis pada awal tahun 1950-an. Dia bahkan pernah mengajar sastra di sebuah SMA di Surabaya (1950-1953).
Di lingkungan sekolah akrab dipanggil Pak guru Iwan. Di saat yang sama dia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedoteran di Surabaya. "Kala itu dia tengah belajar di Fakultas Kedokteran, Sekolah Kedokteran Surabaya," tulis Kurnia JR.
Dalam kumpulan esai Iwan Simatupang “Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air”, menyebut Iwan Simatupang mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair Surabaya. Sayangnya dia hanya kuliah sampai tahun 1953 dan tidak tamat.
Sekitar tahun 1954-1959, Iwan memperoleh bea siswa ke Eropa dari Sticusa (Stichting Culturele Samenwerking) atau Yayasan kerjasama Indonesia-Belanda. Di Paris, Iwan menekuni filsafat. Di Leiden Belanda, dia belajar drama.
Selama belajar di Eropa, Iwan menikahi wanita Indo bernama Cornelia Astrid Van Geem alias Corry. Pernikahannya dikarunia dua anak laki-laki bernama Ion dan Ino. Saat pulang ke tanah air Iwan Simatupang membawa serta istri dan kedua anaknya.
Kematian Corry pada tahun 1960 membuat Iwan Simatupang sedih dan hancur. Dalam keadaan berduka, Iwan memulai menggarap novel Ziarah. Pada manuskripnya dia tuliskan kata persembahan untuk Corry.
Editor: Ihya Ulumuddin