Kisah Raja-Raja Mataram Kuno, Ada yang Membangun Candi Borobudur hingga Prambanan

Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan Mataram kuno, ia naik tahta setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Gurunwangi dan Rakai Kayuwangi, yang notabene merupakan anak dari Rakai Pikatan.
Rakai Watukura Dyah Balitung, menjadi raja ke-9 di Medang. Dia naik takhta sepeninggal Rakai Watukura, usai berhasil menaklukkan Rakai Gurunwangi dan Rakai Limus.
Pada akhir pemerintahan Dyah Balitung, terjadi persekutuan antara Mpu Daksa denhan Rakai Gurunwangi, sesuai dengan sumber di Prasasti Taji Gunung. Di masa Dyah Balitung pula pusat kerajaan telah berpindah dari Mamratipura ke Poh Pitu, sekitar Kedu.
Raja ke-10 Mataram Kuno yakni Mpu Daksa. Dia naik takhta menggantikan Dyah Balitung yang merupakan saudara iparnya. Hubungan kekerabatan ini didasari pada bukti bahwa Daksa sering disebut namanya bersamaan dengan istri Balitung pada beberapa prasasti.
Rakai Layang Dyah Tulodong, naik takhta menjadi raja ke-11 menggantikan Mpu Daksa. Pada Prasasti Ritihang yang dikeluarkan oleh Mpu Daksa, terdapat tokoh Rakryan Layang. Namun nama aslinya tidak terbaca. Identifikasi dari ciri-cirinya diketahui sosok Rakryan Layang merupakan seorang perempuan.
Diduga kuat Rakryan Layang ini merupakan anak dari Mpu Daksa yang kemudian menikah dengan seorang laki-laki bernama Dyah Tulodong. Dia pun mendapatkan gelar Rakai Layang, yang naik takhta menggantikan mertuanya Mpu Daksa.
Editor: Ihya Ulumuddin