Kisah Perjalanan Spiritual Pangeran Diponegoro, Menyepi di Gua hingga Bertemu Sunan Kalijaga

Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu yang berdampingan dengan Masjid Agung Demak masih dihormati oleh para raja Jawa sebagai dua pusaka terpenting di tanah Jawa. Sejak awal abad ke-16 para peziarah dari berbagai keraton rutin mengunjungi dua tempat itu.
Pada sejarah perpolitikan Jawa, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai tokoh yang memimpin pembagian Jawa di Giyanti. Namun dampak dari Perjanjian Giyanti itu tidak terlalu banyak mempengaruhi sikap Diponegoro. Sebab, dia lebih mencinta-citakan untuk memerintah seluruh Jawa sebagai pandita ratu atau imam raja.
Dari sisi lain, penampakan Sunan Kalijaga ke Pangeran Diponegoro penting karena gaya kepemimpinan politik yang dimainkan Sang Wali, yang legendaris dan delapan wali lainnya dijadikan contoh oleh Pangeran Diponegoro.
Seperti Sunan Kalijaga, Diponegoro tidak hanya sampai pada pemahaman dirinya semata-mata sebagai penguasa untuk masa tertentu, tetapi juga sebagai penjaga spiritual para Raja Jawa.
Penampakan Sunan Kalijaga seolah melegitimasikan pemberontakan yang terjadi kemudian. Proses ini diperkuat lagi dengan gambaran mimpi Diponegoro, persis sebelum pecahnya Perang Jawa pada 16 Mei 1825, ketika ia menggambarkan pertemuan delapan wali wudhar, yaitu wali yang sedang memangku dakwah spiritual maupun temporal.
Editor: Ihya Ulumuddin