Kisah Pengkhianatan Tentara Inggris dan Pertempuran 10 November di Surabaya

SURABAYA, iNews.id - Pengkhianatan tentara Inggris di Surabaya membuat para pejuang kemerdekaan dan arek-arek Suroboyo murka. Mereka pun melakukan perlawanan hingga pertempuran 10 November 1945 pecah.
Dikisahkan pada buku "Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" karya Abdul Waid, menteri penerangan sempat memerintahkan Bung Tomo dan pasukannya untuk menghormati dan menyambut baik kedatangan sekutu di Surabaya, seperti halnya di Jakarta.
Namun oleh Bung Tomo dan rakyat Surabaya ajakan menteri penerangan Amir Syarifuddin itu ditolak mentah-mentah. Bung Tomo adalah orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat. Sebab itu, ia mengajak semua orang Surabaya untuk berhati-hati seraya mencurigai kedatangan Inggris sebagai usaha membantu mengembalikan kolonialisme Belanda di Indonesia.
Kecurigaan Bung Tomo dan kawan-kawannya bukannya tanpa alasan. Sebab, sebelumnya, tanggal 23 Septermber, Kolonel PJG Huijer, perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda telah datang di Surabaya. Saat itu dia datang sebagai utusan Laksamana Pertama Paterson, Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara.
Kedatangan perwira Belanda ini tak lain membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi angkatan laut Kerajaan Belanda.
Di Surabaya, secara terang-terangan Huijer menentang revolusi yang dikobarkan para pejuang Indonesia. Sikap Huijer bahkan memancing kemarahan para pejuang di Surabaya. Karenanya, Huijer ditangkap dan ditahan oleh aparat keamanan Indonesia di penjara Kalisosok Surabaya.
Bahkan pada saat menjelang kedatangan tentara Inggris di Surabaya, Drg Moestopo yang saat itu telah mengangkat diri menjadi menteri pertahanan mengajak rakyat Surabaya bersiap-siap untuk melakukan peperangan dengan pasukan Inggris. Rakyat Surabaya diajak untuk bersiaga menyambut kedatangan tentara Inggris dengan senjata.
Editor: Ihya Ulumuddin