Kisah Pemberontakan Besar Majapahit di Era Pemerintahan Prabu Jayanegara

SURABAYA, iNews.id - Kepemimpinan Prabu Jayanegara di Majapahit menimbulkan intrik dan pemberontakan. Bahkan, setelah tujuh tahun menjabat, pemberontakan besar terjadi yang dipelopori oleh Patih Nambi.
Pemberontakan Mpu Nambi diberitakan dalam kitab Pararaton dengan tarikh yang sama dengan Negarakertagama. Sebagaimana ditulis dalam buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Slamet Muljana.
Dikisahkan Nambi sempat pamit kepada Raja Jayanegara untuk ke Lumajang lantaran ayahnya Pranaraja, sakit keras. Alhasil Raja Jayanegara pun mengizinkan kepulangan Nambi ke kampung halamannya.
Di tengah perjalanan Nambi kemudian menerima kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian ayah Nambi, Raja Jayanegara mengirim utusan Majapahit ke Lumajang di antaranya Mahapati, Pawagal, Pamandana, Emban, Lasem, dan Jaran Lenong. Selama tinggal di Lumajang inilah Mahapati menghasut Mpu Nambi. Hasutan itu pun membuat Nambi terpengaruh.
Nambi pun meminta izin agar mengambil cuti lebih lama kepada Raja Jayanegara dengan perantara Mahapati. Mengingat ia masih dalam suasana duka akibat kematian ayahnya Pranaraja. Tetapi yang terjadi oleh Mahapati, izin cuti Nambi diselewengkan oleh Mahapati.
Kepada Raja Jayanegara, Mahapati menyebut Nambi meminta perpanjangan cuti dan tidak akan kembali ke Majapahit. Mahapati juga menyebut Nambi membuat benteng pertahanan dan sudah menyiapkan orang-orangnya.
Padahal semua yang dikatakan Mahapati ke Raja Jayanegara tidaklah benar. Bahkan ia memperuncing kabar hoaks ke Raja Jayanegara bahwa menteri yang datang dicurigai akan bersekutu dengan Nambi.
Menerima informasi ini, Jayanagara dibuat berang. Jayanegara kemudian memecat para menterinya yang ikut kunjungan ke rumah Nambi di Lumajang, tanpa izin. Para menteri seperti Pamandana, Mahisa Pawangal, Panji Anengah, Panji Samara, Panji Wiranagari, Jaran Bangkal, Jangkung, Teguh, Semi, Lasem, dan Patih Emban.
Editor: Ihya Ulumuddin