Kisah Pangeran Diponegoro dengan Sosok Perempuan China, Begini Fakta Sebenarnya

Jika itu tawanan perang kata Pandu, sesuai aturan fikih hukum Islam memang hukumnya boleh diperintah apa pun. Bahkan jika tawanan perang itu tidak menurut atau memberontak boleh dibunuh. Tetapi Pangeran Diponegoro tetap memberlakukan tawanan perang itu dengan baik.
"Intinya kejadian (Pangeran Diponegoro dipijat perempuan Cina) di Kedaren, suatu nama daerah, itu di suatu malam, garis besarnya di suatu malam saat ngatur macam-macam, ngatur perang konsolidasi capek istirahat, meteki itu memijat," katanya.
Pada kondisi badan sangat lelah, konsentrasi yang sudah hilang, membuat Pangeran Diponegoro meminta perempuan China itu untuk memijat badannya. Peristiwa ini digambarkan terjadi di sebuah tenda ketika malam hari.
"Istilahnya orang kalau capek berat itu fokusnya menurun, nggak sadar kalau nggak nggeh, bukan muhrimnya. Akhirnya merasa bersalah dan mengkhianati istri-istrinya. Jadi istilah meteki itu memijat," ujarnya.
Editor: Donald Karouw