LUMAJANG, iNews.id - Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang tak hanya menyisakan berjuta kisah duka dari para korban. Ucap syukur juga terus mengalir dari para korban yang selamat kendati rumah dan harta bendanya lenyap.
Seperti diungkapkan Misni, perempuan yang lolos dari maut saat bencana erupsi Semeru menimpa kampungnya, Dusun Curahkobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Kisah Pilu Petani Cabai di Supiturang, Gagal Panen karena Tanaman Habis Tertimbun Abu Semeru
Misni berserta suami dan anaknya bersyukur setelah lolos dari maut. Sementara banyak orang di kampungnya yang harus kehilangan nyawa akibat erupsi Gunung Semeru Sabtu (4/12/2021) lalu.
"Alhamdulillah, saya sekeluarga selamat. Padahal waktu itu kami berpikir akan mati," ucap Misni yang tak henti-hentinya bersyukur, Minggu (12/12/2021).
Kisah Fida, Bocah Berlari Kencang di Video Erupsi Semeru, Selamat Sembunyi dalam Masjid
Misni kemudian bertutur bagaimana keluarganya bisa melalui masa sulit saat Gunung Semeru memuntahkan lahar panas. Peristiwa yang meluluh-lantakkan kampungnya hingga menjadi kampung mati saat ini.
Masih lekat dalam ingatan perempuan berumur 51 tahun ini tatkala ia dan anggota keluarganya panik mencari tempat berlindung. Awan yang gelap membuatnya semakin kalut.
Kisah Pilu Tukiran, Kehilangan Anak saat Erupsi Gunung Semeru
Dalam situasi yang serba ketakutan itu, ia diseret sang suami untuk berlindung di salah satu bangunan musala yang tak jauh dari rumahnya.
Misni sempat kehilangan harapan lantaran di dalam musala itu sudah ada puluhan kepala keluarga yang sudah lebih awal berlindung. Praktis, ia harus sedikit memaksa untuk masuk dan berharap kondisinya lebih aman dibanding berada di dalam rumahnya sendiri. "Saya yakin akan lebih aman di musala," tutur Misni.
Pilihan untuk berlindung di dalam musala, juga bukan datang serta-merta. Beberapa saudaranya juga sempat mengajak dirinya untuk berlindung di tempat yang rutin ia sambangi saat beribadah itu. Lantaran itulah ia merasa lebih aman. "Paling kalau mati, ya ada saudara-saudara juga di situ (musala)," begitu Misni menceritakan sedikit kepasrahannya saat itu.
Editor: Kastolani Marzuki