Kisah KNIL Hadapi Jepang: Tentara Pribumi Dipaksa Bertempur dengan Persenjataan Minim

Keraguan muncul di kalangan perwira Belanda apakah tentara pribumi mampu menghadapi perang modern. Sebab, sejak awal KNIL hanya dibentuk untuk menghadapi gejolak sosial internal, bukan untuk perang melawan serangan luar negeri.
Berdasarkan Undang-Undang Pertahanan 1927, tentara Hindia Belanda hanya difokuskan menghadapi musuh dalam negeri. Meski aturan berubah pada 1937 agar KNIL siap menghadapi ancaman eksternal, kenyataannya tidak ada persiapan nyata yang dilakukan.
Masalah utama KNIL adalah persenjataan yang jauh dari memadai. Prajurit hanya dibekali karabin atau senapan dengan jumlah senjata otomatis yang sangat terbatas.
Di Pulau Jawa, persenjataan modern seperti senapan mesin, artileri medan, mortir, senjata anti-tank, dan anti-serangan udara hampir tidak tersedia. Hal ini membuat posisi Belanda di Hindia Belanda sangat rapuh menghadapi gempuran Jepang.
Tidak heran, ketika serangan kilat Jepang dilancarkan pada awal 1942, KNIL dengan cepat dilumpuhkan. Dalam waktu singkat, Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang dan membuka babak baru dalam sejarah Indonesia.
Sejarah mencatat, kisah KNIL hadapi Jepang menjadi bukti bagaimana pribumi Nusantara dipaksa bertempur dengan kondisi serba terbatas. Kekalahan cepat Belanda di Hindia Belanda bukan hanya akibat taktik militer Jepang, tetapi juga cerminan lemahnya sistem pertahanan kolonial yang sejak awal tidak dipersiapkan menghadapi musuh eksternal.
Editor: Donald Karouw