Kisah Heri Purnomo, Babinsa yang Sukses Rintis Usaha Kopi dan Berdayakan Warga Lereng Bromo
Sedangkan, untuk jenis Robusta akan dipanen pada Agustus hingga Oktober dengan perkiraan setiap hektare dapat menghasilkan buah kopi sekitar tiga ton.
"Saya juga memproduksi kopi berbentuk bubuk, jadi dari para petani kopinya saya beli, ditampung untuk diolah, dan hasilnya dijual," ucapnya.
Kopi Taji sudah dipasarkan terutama di kafe-kafe yang ada di Malang Raya. Selain itu, juga ada pelanggannya yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bandung dan Jakarta. Kini permintaan kopi terus berdatangan dari pasaran, sayang Heri dan warga lainnya belum bisa memenuhi permintaan pasar tersebut.
Kopi-kopi itu dijual mulai harga Rp55.000 hingga Rp150.000 per kilogramnya. Selama rentang waktu satu bulan, Serka Heri bisa menjual satu ton bubuk kopi.
"Sehingga saya masih mengutamakan pelanggan yang memang rutin membeli. Geliat kopi ini luar biasa, harga bisa naik dua kali lipat dibanding saat pandemi Covid-19 dan untuk pasar umum belum melayani semua, karena stok atau bahan baku kopi masih kurang," jelasnya.
Serka Heri terus mengembangkan usaha kopi di daerah Kabupaten Malang lainnya. Rencananya, Kecamatan Tumpang dan Poncokusumo menjadi wilayah baru untuk membuka lahan pertanian kopi.
"Kita akan terus mengembangkan di Kecamatan lainnya, Tumpang dan Poncokusumo, karena permintaan kopi sangat tinggi, sehingga bahan baku kurang, yang saya garap di hulunya atau kebunnya, yang kita kerjakan rata-rata lahan Perhutani, tanpa harus memotong tanaman yang sudah ada," katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin