get app
inews
Aa Text
Read Next : Amangkurat I Bangun Istana Megah Kerajaan Mataram, Dikelilingi Danau Buatan

Ketika Raja Mataram Dapat Hadiah Istimewa dan Langka dari Penguasa Pesisir Utara Jawa 

Selasa, 27 Juni 2023 - 06:09:00 WIB
Ketika Raja Mataram Dapat Hadiah Istimewa dan Langka dari Penguasa Pesisir Utara Jawa 
Amangkurat I dari Mataram (Foot: Dok perpusnas.go.id)

MALANG, iNews.id - Penguasa Kerajaan Mataram Sultan Amangkurat I konon kerap mendapat hadiah istimewa dan langka dari Tumenggung Pati dan Ngabei Martanata. Sosok Tumenggung Pati sendiri merupakan penguasa pesisir utara Pulau Jawa kala itu yang mencapai hasil terbanyak dalam hal kekayaan alam.

Hadiah-hadiah langka itu juga diberikan untuk mengambil hati penguasa Mataram tersebut. Tentang barang-barang seperti itu sudah tentu Kompenilah merupakan leveransir yang tepat.

Konon sang Tumenggung Pati, tahu bahwa ia akan dipanggil ke Istana Mataram, meminta pakaian, beludru, bahan-bahan laken, juga empat buah lentera kaca berwarna-warni, yang konon dibuat oleh China seharga 2.000 rial.

Sang penguasa Pasti itu pun lantas berjanji membayarnya dengan beras, garam, dan barang-barang kayu, sebagaimana pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf.

Bersamaan dengan itu, pemerintah Kompeni menerima permintaan tertulis dari saingan Pati, yaitu Ngabei Martanata, untuk seekor ayam jago karena Sunan Mataram menginginkan seekor ayam jago itu. Tapi Martanata menawarkan 1.300 buah bunga pilihan sebagai gantinya.

Martanata meminta sang Sultan Mataram agar tak menolaknya karena itu seolah-olah merupakan sebuah taman bunga. Betapa berharganya barang-barang yang aneh itu ternyata dari hal berikut ini.

Dikisahkan pada tanggal 23 Desember 1658 muncul Ngabei Martanata dengan segenap iringannya di loji Belanda. Ia disambut serta diberi perlakuan yang selayaknya.

Menurut kebiasaan Jawa, pembesar itu tidak segera memberitahukan maksud kedatangannya, tetapi menjelaskan bahwa ia datang atas perintah Sunan untuk meninjau loji, dan bagaimana keadaan orang-orang Belanda di sana.

Penjabat Residen Evert van Hoorn segera mengajak melihat-lihat segalanya, tetapi ditolak. Residen lalu mengambil kesimpulan yang agak terlalu cepat, bahwa yang dipentingkan tamu itu hanyalah hadiah menyambut kedatangannya saja, dan ini sudah dilakukannya menurut kebiasaan lama.

Tetapi ternyata bukan itu saja, karena kemudian Kiai Martanata memberitahukan bahwa pada hari sebelumnya ia menerima surat dari Sunan Mataramyang dengan sangat, minta dari dia seekor unta dan seekor bocrom lasker. "Jangankah kami, Martanata itu pun tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan jenis hewan tersebut belakangan itu," tulis isi surat itu.

Tetapi ia mohon supaya dipesankan di Batavia. Didesaknya supaya permintaan itu dipenuhi secepatnya karena ia ingin membawanya ke Istana. Di sisi lain, Van Hoorn menyatakan bahwa ia pun tidak pernah melihat jenis hewan seperti itu, dan kemudian berangkatlah para tamu itu.

Surat Van Hoorn tentang hal ini dibawa oleh para Lurah Sabdawangsa dan Jiwa ke Batavia, berikut sebuah surat dalam bahasa Melayu dari Martanata. Surat itu pun memohon supaya kepadanya dikirimkan beberapa ekor hewan yang bernama laskaer dan beberapa ekor unta. Ia juga ingin membeli beberapa gobar yang patut dipersembahkan kepada Sunan. 

Sebagai pembayaran di muka sudah dikirimkannya beras tiga koyan. Pada tanggal 15 Maret 1659, Kompeni menjawab bahwa unta tidak ada dalam persediaan, tetapi mengadakan perjalanan ke Jepara. Ia akan membawa dua pasang dalam waktu 3 atau 4 hari.

Sementara, pedagang Evert Michielsen dalam suratnya beranggapan, bahwa jenis hewan yang dibawa masih sangat jarang ditemukan di Jawa. Michielsen memang kembali pada tanggal 19 Maret 1659 (Daghregister) ke tempatnya, dan di sana menemukan penggantinya telah meninggal karena terlalu banyak menikmati minuman keras. Sebelum meninggal, petugas yang tidak becus ini memperlakukan dengan buruk sekali utusan Sunan yang dikirimkan untuk menerima hewan-hewan itu. 

Sebaliknya, Michielsen segera memberitahukan secara tertulis kepada para penguasa pesisir yang ada di kota Istana bahwa ia telah kembali, dan membawa serta empat ekor lembu dari surat berikut kereta-keretanya untuk Sunan. Sunan dapat mengirimkan utusannya untuk mengambil hewan itu. 

Kemudian datang beberapa utusan Sultan Amangkurat I untuk mengambil hewan berikut kereta-kereta itu yang sebelumnya dilapisi dengan kain laken merah oleh Michielsen. Mereka bertanya apakah ada hadiah yang lain lagi, karena mengira bahwa lembu dan keretanya itu baru merupakan hadiah yang formal untuk Sunan.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut