get app
inews
Aa Text
Read Next : Jejak Airlangga, Sang Raja Besar Jawa di Kerajaan Kahuripan dan Kediri

Deretan Kitab Kuno Jawa Kerajaan Kediri, Ada Cerita Penculikan Perempuan Cantik

Selasa, 22 Maret 2022 - 06:45:00 WIB
Deretan Kitab Kuno Jawa Kerajaan Kediri, Ada Cerita Penculikan Perempuan Cantik
Kitab kuno Jawa pada masa Kerajaan Kediri. (Foto: ilustrasi)

JAKARTA, iNews.id - Karya sastra menjadi perhatian besar Kerajaan Kediri yang dipimpin Prabu Jayabaya. Ada tujuh karya sastra besar selama Kerajaan Kediri bekuasa.

Pujangga besar di Kerajaan Kediri di antaranya Mpu Panuluh, Mpu Sedah dan Mpu Monaguna yang menulis kitab-kitab kuno Jawa pada zaman itu.

Bharatayuddha

Dikutip dari Babad Tanah Jawi yang ditulis Soedjipto Abimanyu, kitab terkenal pada masa Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. 

Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur. Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha. 

Karya sastra yang digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada 1135-1157 Masehi. Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut dan baru selesai pada 6 November 1157. 

Hariwangsa

Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, yang ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun 1135-1157 Masehi. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu. 

Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka. 

Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini.

Para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka hingga dia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. 

Gatotkaca

Kitab berikutnya yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha. Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya. 

Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi. Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya. 

Smaradhana

Mpu Dharmaja juga menjadi salah satu pujangga yang ada di era Kerajaan Kediri. Kitab yang dihasilkan yakni Kakawin Smaradhana mengisahkan terbakarnya Batara Kamajaya.

Nama Smaradhana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan, sedangkan Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api. 

Nama Asmaradana berkaitan dengan peristiwa hangusnya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Siwa. Pada Kitab Smaradhana, disebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara, yang merupakan titisan Dewa Wisnu, yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu, putri dari Kerajaan Jenggala. 

Bomakawya

Kitab kedua yang dihasilkan Mpu Dharmaja adalah Kakawin Bomakawya. Kitab ini menceritakan peperangan antara Prabu Kresna dan Prabu Boma. Di cerita pewayangan, lakon ini terkenal dengan sebutan Samba Juwing, sebuah lakon yang tragis dan memilukan. 

Sumanasantaka

Kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna menjadi Kitab keenam yang jadi peninggalan Kerajaan Kediri.

Kakawin ini menceritakan lahirnya Dasarata, ayah dari Rama di Ayodya. Kakawin Sumanasantaka ditulis sekitar tahun 1104, pada masa pemerintahan Prabu Warsajaya di Kerajaan Kediri. 

Sosok Mpu Monaguna sendiri adalah rekan seangkatan Mpu Triguna. Keduanya merupakan pujangga istana zaman Prabu Warsajaya di Keraton Kediri.

Melihat Mpu Monaguna dan Triguna hidup sekerabat, kemungkinan besar keduanya masih ada hubungan seperguruan, yang sama-sama menjadi kesayangan Raja Prabu Warsajaya. 

Kresnayana

Kakawin Kresnayana ditulis Mpu Triguna di masa Raja Warsajaya sekitar kurang lebih tahun 1104 Masehi. Kakawin ini merupakan karya sastra Jawa kuno yang menceritakan pernikahan Prabu Kresna dan penculikan calonnya Rukmini. 

Kresnayana secara harfiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini. Tema yang dibahas Kakawin Kresnayana menyerupai dengan tema yang dibahas pada Kakawin Hariwangsa.

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut