Bisnis Garam Iwan Sukses Naik Kelas, Ekspansi Pasar Kini Makin Luas
SURABAYA, iNews.id - Bisnis garam yang dirintis Iwan (40) naik kelas. Distribusi garam yang semula hanya sebatas warung dan rumahan kini melebar hingga ke taman safari dan pabrik besar.
Iwan merupakan pengusaha yang meraih sukses dengan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.
Pagi itu, truk tronton muatan 20 ton garam berhenti di sebuah pabrik di Pasuruan. Empat orang kuli panggul bergegas mendekat, menurunkan tumpukan karung berisi garam satu per satu ke dalam gudang
Dari kejauhan, Iwan duduk memantau, memastikan tumpukan garam yang diturunkan dari atas truk tronton sesuai dengan pesanan.
"Alhamdulillah, hari ini kiriman beres. Lancar sesuai pesanan. Tinggal satu pabrik lagi," katanya sambil menyeka keringat di wajah, Rabu (20/3/2024).
Ada dua pabrik yang selama ini rutin memesan garam kepada Iwan. Dalam sepekan, pabrik-pabrik itu bisa memesan hingga dua kali, tergantung kebutuhan.
Selain itu, Iwan juga melayanai pesanan Taman Safari Prigen, rutin setiap tiga bulan sekali.
Iwan menceritakan, garam-garam itu dibutuhkan pabrik maupun Taman Safari Prigen untuk regenerasi air kolam. Sebagian lagi untuk membantu proses pengolahan air limbah.
Iwan bersyukur sudah 4 tahun ini dipercaya pabrik menjadi supplier garam. Bahkan, belakangan kedua pabrik langganannya juga kerap memesan batu kapur aktif kepadanya. Fungsinya sama untuk membantu proses regenerasi air kolam.
Bagaimana tidak, sebelumnya dia hanya menjual garam eceran. Pelangganya juga warung-warung dan rumahan. Iwan masih ingat bagaimana dia keliling dari kampung ke kampung, dari gang sempit satu ke gang sempit lainnya.
"Empat tahun saya merintis usaha ini. Saya jualan ke warung-warung dari tahun 2017," kata lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) itu kepada iNews.id, Rabu (20/3/2024).
Pelan tapi pasti, jumlah pelanggan yang semula hanya hitungan jari terus bertambah. Bahkan, saat pandemi Covid-19 tahun 2020, jumlah pelanggan Iwan meningkat pesat hingga mencapai 300 pelanggan terdiri atas warung dan rumah.
"Banyak sekali pesanan online saat itu," katanya.
Tak hanya itu, di waktu bersamaan, Iwan juga mendapat tantangan baru, diminta memenuhi pesanan pabrik. Jumlah yang dibutuhkan oleh pabrik cukup besar, minimal 20 ton sekali pengiriman.
Kondisi itu sempat membuat Iwan bimbang. Sebab dia tidak punya modal cukup untuk memenuhi pesanan pabrik yang cukup banyak.
"Dilematis. Kalau tidak diambil kesempatan hilang. Mau diambil tak ada modal," ujarnya.
Editor: Donald Karouw