Banyak Warga Isoman Meninggal Dimakamkan di Kampung, DPRD: Bisa Picu Penyebaran Covid-19

SURABAYA, iNews.id - DPRD Kota Surabaya menyoroti banyaknya warga kota itu yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman) dan dimakamkan di permakaman kampung. Kondisi jenazah tidak diketahui apakah terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak.
Menurut Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony, laporan yang dia terima dari warga, warga yang meninggal itu dimakamkan tanpa protokol kesehatan karena memang kondisinya tidak diketahui. Warga yang takziah juga banyak.
"Saat ini ada tren, warga isoman meninggal dan dimakamkan pakai non-protokoler di makam kampung," kata AH Thony di Surabaya, Jumat (16/7/2021).
Dia menilai kondisi ini bisa menjadi salah satu pintu penyebaran dan mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19 di Surabaya. Bahkan, beberapa hari lalu pihaknya mendapat laporan bahwa ada 12 warga yang meninggal akibat Covid-19 dalam satu hari di Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo.
Thony tidak sepakat jika jenazah Covid-19 dimakamkan di pemakaman umum di kampung. Pertimbangannya tidak sekadar bergerombol, tetapi juga kondisi makam kampung yang mayoritas penuh. Selain itu, banyak permukiman di sebelah makam.
"Bahkan airnya memakai sumur yang digali sebelah makam. Ketika rembesan makam masuk ke sumur, ini kan bisa repot," ujarnya.
Menurut Thony, menghormati yang sudah meninggal adalah kewajiban. Namun, permakaman juga harus memikirkan warga yang masih hidup agar kelangsungan kesehatan dan hidupnya terjaga lebih baik.
Dia setuju jika ada wacana Pemkot Surabaya menambah tempat permakaman umum (TPU) baru di Waru Gunung menyusul lahan di TPU Keputih dan Babat Jerawat mulai penuh.
"Lebih baik di sana (Waru Gunung) lebih aman untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19 ," katanya.
Editor: Maria Christina