3 Batu Misterius Ditemukan saat Revitalisasi Bundaran Tugu Malang, Ini Faktanya
Plakat kedua (bawah), pada baris atas terdapat tulisan diawali dengan tanda bintang (*) dan dilanjutkan dengan tulisan “TJIMAHI 1933”. Pada baris bawah terdapat tulisan diawali dengan tanda salib dan dilanjutkan dengan tulisan “LABUHANBAJO ....” (angka tidak terbaca).
Pemerhati sejarah Malang Restu Respati menyatakan, ia mencoba mendatangi lokasi dan memeriksa benda yang awalnya diduga merupakan benda cagar budaya dan memiliki sejarah. Mengingat kekhawatirannya jika pelaksana proyek tidak memahami arti pentingnya objek tersebut bagi kesejarahan, maka musnahlah bukti penting tersebut.
"Benar dugaan kami, pelaksana proyek mengaku tidak mengetahui akan keberadaan objek tersebut. Setelah kami jelaskan barulah kami bersama-sama mencarinya. Berdasarkan foto lama yang kami pegang, kami tahu titik lokasi yang harus kami tuju. Untung saja objek tersebut masih ada, meskipun beberapa dalam kondisi cacat karena terkena backhoe," ucap Restu sebagaimana keterangan yang diterima, pada Selasa (4/7/2023).
Dari keterangan yang terdapat pada ketiga objek tersebut, ia menduga bahwa objek tersebut merupakan monumen untuk mengenang tiga nama yang tertera pada objek tersebut, yaitu Bapak Tonko, Johan, dan Jan, yang merupakan bagian dari salah satu keluarga tentara KNIL. "Terlebih pada Objek 1 yang bertuliskan “Malang In Memory Of” yang dapat diartikan Malang Untuk Mengenang," kata dia kembali.
Sementara itu Pengamat dan Peneliti Sejarah Tjahjana Indra Kusuma memastikan berdasarkan sejumlah bukti-bukti sejarah yang ditemukannya menyebut bila bebatuan itu bukanlah merupakan benda cagar budaya dan berkaitan dengan sejarah. Mengingat bebatuan itu dipasang baru Februari 2016 oleh instansi yang mengelola ruang publik dan taman dalam hal Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
"Batu andesit dibuat 2016 kaitan sejarah ini ya sebagai elemen pelengkapnya, tidak berhubungan dengan nilai-nilai sejarah lingkungan kawasan," ucap Indra sambil menunjukkan bukti bebatuan tersebut.
Editor: Ihya Ulumuddin