Tangkapan layar angin kencang menyerupai puting beliung di Desa Ngadas, Gunung Bromo. (Istimewa)

"Kemarin itu udaranya kering, enggak ada cumulonimbus, jadi kalau menurut ilmiah itu dust devil. Dust devil itu pusaran udara kecil tapi kuat, memang terbentuknya di udara-udara kering yang sangat panas. Jadi udara di permukaan tanah tidak stabil, yang sangat panas kemudian naik dengan cepat," kata Linda Fitrotul Muzayanah, dikonfirmasi pada Selasa (10/10/2023).

Fenomena angin kencang ini kerap mengikuti musim kemarau ditambah faktor fenomena El Nino. Dimana angin bertiup dari timur, kemudian membawa masa udara kering di musim kemarau, sehingga membuat angin lebih kencang.

"Di musim kemarau, kemudian angin bertiup dari timur, kemudian dia membawa masa udara kering dari wilayah timur kemudian ke Asia itu, jadi dia memang di musim kemarau lebih kencang," tuturnya.

Catatan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, fenomena ini juga pernah terjadi pada tahun 2019 di Kota Batu. Dimana masa udara lebih kering membuat tekanan permukaan tanah tidak stabil.

"Sehingga membuat masa udara di Indonesia lebih kering itu juga terjadi di Batu, angin kencang sampai kebun apelnya rontok," katanya. 


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network