Solar Langka Bikin Putus Asa
Sulitnya mendapatkan solar bertahun-tahun dirasakan Nur Huda bersama ratusan nelayan yang tergabung dalam tiga kelompok nelayan di Kecamatan Panceng. Saban hari, mereka harus antre berjam-jam di SPBU Banyu Tengah di Jalan Raya Panceng, sekitar 5 kilometer dari dermaga untuk sekadar mendapatkan 1 jerigen solar.
Nur Huda bercerita, dia biasanya antre di SPBU pukul 14.00 WIB sepulang melaut dan baru pulang membawa solar selepas isya'. Saking lamanya dia bahkan harus bergantian dengan istri atau ayahnya. Tujuannya agar dia cukup waktu mengumpulkan energi untuk persiapan melaut pukul 03.00 WIB esok hari.
"Malah kalau butuhnya solar banyak, ada yang sampai bermalam di SPBU. Kalau tidak, ya nggak dapat solar, gak sido miyang (gak jadi melaut cari ikan)," ujarnya.
Lamanya waktu antre ini membuat sebagian besar nelayan mengunakan jasa kurir untuk membeli solar. Tujuannya agar mereka masih punya waktu untuk istirahat, menyiapkan perlengkapan melaut atau juga beraktivitas lain untuk menambah penghasilan.
Konsekuensinya, para nelayan harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar jasa kurir itu, yakni Rp15.000 untuk satu jerigen ukuran 30 liter. "Dengan harga solar Rp6.800 per liter, maka nelayan harus mengeluarkan Rp219.000 untuk satu jerigen solar. Tinggal ngalikan saja butunya berapa," ujarnya.
Nur Huda mengehela napas mengenang masa-masa sulit itu. Sebab, seringkali dia gagal melaut karena tak mendapatkan solar. Bahkan beberapa waktu lalu dia nyaris berkelahi dengan sesama nelayan lantaran antrean solarnya diserobot tanpa izin.
"Saya benar-benar marah. Sudah berjam-jam antre seenaknya diserobot. Langsung saja ajak berkelahi," tuturnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait