"Ini kita bagi-bagikan ke peziarah yang datang, masyarakat sekitar sini. Jadi sebagai pengembangan wisata religi juga sebagai media sodakoh, karena pendanaannya dari mereka - mereka yang mampu di sekitar sini," katanya.
Sementara itu, Halimah (56) warga sekitar yang membuat apem mengaku sudah tiga tahun ia membantu proses pembuatan apem untuk tradisi punggahan poso atau megengan, seperti masyarakat Jawa kenal pada umumnya.
"Ini kan sudah tahun ketiga, membuatnya sejak pagi tadi. Kita pagi tadi kita bagi-bagikan ke warga sini, ini kita buat lagi, total dua adonan resep dengan total 200 sampai 250 apem," ucap Halimah.
Selama proses pembuatan apem sendiri dikatakan Halimah, seluruh prosesnya mudah. Apalagi perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini kerap dimintai tolong membuat aneka kue oleh beberapa warga sekitar makam.
"Ibu rumah tangga sehari-harinya, tapi sudah sering buat. Ini buat apemnya giliran, kebetulan ini giliran saya, yang pagi tadi ada tapi sudah selesai," katanya.
Di sisi lain Aris Sugiarto salah satu peziarah menyambut baik tradisi megengan dengan memberikan kue apem ke para peziarah ini. Tradisi ini sebagai bagian dari pelestarian budaya menjelang bulan Ramadhan yang tiba.
"Selain itu juga mengangkat ekonomi warga sekitar pembuat kue apem yang masih dipertahankan hingga sekarang," tutur peziarah asal Blimbing, Kota Malang ini.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait