Selain sebagai guru ngaji di musala, Muhyidin sehari hari banyak berada di warung kecil miliknya. Warung yang berjualan jajanan dan minuman tersebut berlokasi menjadi satu dengan rumahnya.
Semua korban Muhyidin merupakan anak-anak yang tengah berbelanja di warungnya. Muhyidin memakai modus tidak segera memberikan uang kembali. Saat menunggu kembalian, korban diajaknya masuk ke dalam rumah. Muhyidin memulai dengan meraba-raba, yang kemudian berakhir dengan pencabulan.
"Saya tidak pernah memaksa," katanya.
Ironisnya, nafsu bejat itu selalu disalurkan di tempat salat yang hanya tersekat dinding warung. Dia beralasan lokasi tersebut paling dekat dengan kulkas, tempat dirinya menyimpan minuman es. Sebagai imbalannya, Muhyidin mengaku menggratiskan jajanan yang dibeli korban.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait