Kisah AR Baswedan, kakek Anies Baswedan yang memperjuangkan kemerdekaan lewat pers. (Foto: Istimewa)

Perjalanan Baswedan di dunia pers Indonesia berliku. Sepanjang 1932-1934, dia berpindah-pindah dari satu surat kabar ke surat kabar lain.

Setelah keluar dari Sin Tit Po karena berbeda pandangan, Baswedan bergabung ke harian Soeara Oemoem milik PBI (Persatuan Bangsa Indonesia).

Dia masuk ke Soeara Oemoem bersama Tjoe Tjie Liang dan Sjahranamual. Tak menunggu lama, para jurnalis baru ini langsung ditugasi menulis tema nasionalisme yang menjadi cita-cita PBI.

“Yaitu menjunjung kerja sama antar sesama bangsa Indonesia tanpa peduli soal keturunan dan agama,” bunyi buku tersebut.

Baswedan juga tidak bertahan di Soeara Oemoem. Karena alasan sakit, dia lantas memutuskan meninggalkan Soeara Oemoem, dan melakukan penyembuhan diri di Kudus, Jawa Tengah.

Dari Kudus, Baswedan pindah ke Semarang. Di Semarang yang sejak pra-kemerdekaan terkenal sebagai daerah pergerakan, Baswedan kembali mengaktifkan diri di dunia jurnalistik. Dia bergabung dengan surat kabar Matahari.

Matahari merupakan surat kabar milik Kwee Hien Tjiat, seorang Tionghoa peranakan yang mendukung pergerakan nasional dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

“Di koran inilah gagasan-gagasannya (AR Baswedan) lebih dikenal khalayak,” demikian tertulis pada buku itu.


Editor : Rizky Agustian

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network