Tunggul Ametung juga menyatakan bahwa bukankah selama ini Lohgawe diizinkan oleh dirinya untuk membuka perguruan untuk mencerdaskan masyarakat. Dirinya, sebagai penguasa Tumapel, bisa saja menutup seluruh perguruan milik kaum brahmana, termasuk milik Lohgawe karena kekuasaan ada di tangannya.
Namun Balakangka, penasihat agamanya, mengatakan bahwa jika perguruan para brahmana itu ditutup maka kaum muda tumapel akan tuna ilmu pengetahuan. Mereka tidak akan bisa membaca atau menulis dan akhirnya mereka tidak bisa mengerti bagaimana caranya membangun peradaban dan memuliakan para Dewa.
Jika hal semacam ini terjadi, maka seluruh masyarakat Tumapel akan merosot keberadaannya menjadi kawanan binatang karena hidupnya tidak dibekali oleh ilmu pengetahuan. Dan kalau semua rakyat sudah menjadi binatang, maka peradaban akan hancur dan musnah, termasuk Tumapel.
Karenanya, berkat nasihat dari patih dan pendetanya, Tunggul Ametung bersedia untuk sowan ke rumah pendeta Lohgawe. Sesampainya di rumah Lohgawe, rombongan Tunggul Ametung pun langsung dipersilakan untuk masuk.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait