Saat mendapat kabar anaknya meninggal dunia, ia mengaku tengah bekerja sebagai tukang bangunan yang tengah bekerja di Surabaya. Begitu menerima informasi dari istri pada Minggu (2/10/2022) pukul 11.00 WIB ia jatuh pingsan dari tempatnya bekerja. Mufid baru sadar setibanya di rumahnya dan tampak terkejut mendengar kabar itu.
"Kerja tukang bangunan di atas tahu-tahunya di bawah nggak sadar, pingsan nggak sadar, sampai rumah posisi pingsan, baru sadar ketika di rumah," katanya.
Lutfia sendiri dapat ditemukan setelah salah satu teman kakak Lutfia, yang juga berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Malang mencari keberadaannya di rumah. Namun karena tak juga pulang hingga Minggu pagi, temannya itu lantas mengajak kakak Lutfia mencari keberadaannya.
"Jadi waktu itu anak pertama saya mau takziah ke tempat teman, dicari nggak ketemu. Nanya temannya, adik saya nggak pulang juga, akhirnya balik nyari anak saya. Tahu info dari teman anak di RSUD Kanjuruhan, Minggu paginya," tuturnya.
Saat ditemukan Lutfia disebut ayahnya dalam kondisi mengalami luka lebam di pelipis kanan, hidung keluar darah mimisan, pantat ditemukan lebam dan darah kotor. Tak ada penjelasan detail dari pihak tim medis, pihak keluarga hanya diberi surat keterangan meninggal dunia tanpa ada penyebab apapun. "Memang ada surat, surat itu dari RSUD. Tidak ada keterangan lebih jelas hanya nama dan meninggal," katanya.
Ia merasa tak percaya anaknya menjadi korban meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan Malang. Pasalnya Lutfia selama 20 tahun tak pernah melihat pertandingan Arema FC secara langsung dan bahkan tidak begitu suka sepakbola.
"Percaya nggak percaya, anak saya nggak pernah suka sepakbola. Nggak pernah kepikiran segitu, dia baru pertama kali nonton. Makanya minta izin ibunya untuk lihat, padahal sudah dilarang tapi mohon-mohon," ujarnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait