Sang ayah sempat berusaha merayu anaknya untuk mencegah keinginan sang anak. Menurutnya tak pantas bila anak perempuan berkeliaran mencari-cari cahaya seperti itu. Akan tetapi tiba-tiba si ayah memperoleh firasat bahwa dengan jalan itu anaknya akan memperoleh kemuliaan dan juga bagi dirinya.
Sementara itu mendengar larangan ayahnya tadi sang anak menangis tersedu-sedu. Dia memohon kepada sang ayahnya untuk mencari cahaya terang itu karena tak mampu menanggung rindu. Sebab sang anak terus berkeras kehendaknya, si ayah tak dapat lagi memaksakan larangannya.
Ki Gede Tepasan pun menyuruh sang anak untuk mempersiapkan bekalnya, membawa semua yang dimilikinya. Pesan sang ayah, "Kelak kalau sudah bertemu dengan orang yang kau cari, janganlah kekurangan bekal agar engkau tidak direndahkan". Maka Rara Tepasan segera berkemas-kemas dan kemudian masuk ke dalam landu, meninggalkan para putra Kerajaan Majangara.
Dia membawa serta perlengkapannya yang digotong oleh 100 orang dari Tepasan. Mereka berjalan siang dan malam menuju ke arah barat laut hingga akhirnya tiba di Puri Amparan. Di sepanjang perjalanan, rombongan itu bertanya-tanya kepada orang yang ditemuinya.
Dari sanalah akhirnya diketahui cahaya itu datang dari arah Sunan Gunung Jati atau naskah Mertasinga menyebutnya Syekh Maulana Jati, yang cahayanya indah memancar.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait